Sabtu, 18 Agustus 2012

Link Penghasil Uang lewat Internet

Cara cepat mendapatkan uang lewat Internet !!

Minggu, 05 Agustus 2012

Hasil Editan Photoshop :D

hihihihihi !!!

Smile !!

 Boyband AGB, hihixxx

Pubing cess.. !!

 Pusing banyak yang harus dibayar !!

 yahh cuma 10.000 hehe

 xixixixi




Sabtu, 04 Agustus 2012

Sejarah POPMASEPI

Sejarah

Ide pendirian POPMASEPI diawali dari pembicaraan informal di antara peserta seminar di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, yang akhirnya menyepakati diadakannya pertemuan untuk membentuk suatu Organisasi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tingkat Nasional. Sebagai tindak lanjutnya adalah diadakannya Temu Nasional Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian se-Indonesia yang diselenggarakan oleh HIMASETA Fakultas Pertanian UNS Surakarta pada tanggal 22-23 Mei 1990. Presidium Temu Nasional tersebut adalah Universitas Hasanuddin (Andi Hatta Tajang), Universitas Gadjah Mada (Jangkung Handoyo Mulyo), dan Institut Pertanian Bogor (Sunardi).


Acara ini dihadiri oleh utusan dari 12 institusi, yaitu :

1. Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UGM
2. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNEJ
3. Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian UNHAS
4. Himpunan Mahasiswa Sosio Agro Ekonomi UNSOED
5. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNIBRAW
6. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
7. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian INSTIPER
8. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UPN Yogyakarta
9. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNUD
10. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNS
11. Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB
12. Senat Mahasiswa Universitas Pattimura

Dalam Temu Nasional tersebut telah diupayakan pembentukan suatu organisasi profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tingkat nasional, yaitu penetapan tata tertib sidang dan rekomendasi penyelenggaraan Musyawarah Nasional I Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MUNAS I POPMASEPI).

Penyelenggara Seminar dan Munas I adalah 11 organisasi profesi mahasiswa sosial ekonomi pertanian kecuali UNPATTI. Pertemuan Nasional yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi pertanian (KMSEP) Universitas Gadjah Mada yang dihadiri oleh 30 utusan organisasi profesi mahasiswa sosial ekonomi pertanian se-Indonesia.

POPMASEPI atau Association of Indonesian Students of Agricultural Socio-Economics Organization berdiri secara de jure tanggal 28 September 1990, yaitu sejak ditandatanganinya Deklarasi POPMASEPI. Munas I POPMASEPI berhasil merumuskan 12 ketetapan tentang:

1. Presidium Munas I POPMASEPI
2. Tata Tertib Persidangan Munas I POPMASEPI
3. Deklarasi pendirian POPMASEPI
4. Anggaran Dasar POPMASEPI
5. Anggaran Rumah Tangga POPMASEPI
6. Garis-garis Besar Haluan Organisasi POPMASEPI
7. Rekomendasi Umum
8. Ketua Umum DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
9. Formatur pemilihan pengurus DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
10. Susunan pengurus DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
11. Ketua Umum MPA POPMASEPI masa bakti 1990-1992
12. Formatur pemilihan pengurus MPA POPMASEPI masa bakti 1990-1992

Pada masa bakti 1990-1992 terpilih sebagai Ketua Umum DPP POPMASEPI adalah Universitas Gadjah Mada (Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) atas nama Jangkung Handoyo Mulyo dan Ketua Umum MPA POPMASEPI adalah Institut Pertanian Bogor (Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) atas nama Sunardi. Dalam Munas I tersebut diputuskan bahwa penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) POPMASEPI adalah Himpunan Mahasiwa Sosio Agro Ekonomi UNSOED, Purwokerto dan penyelenggara Munas II adalah Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UMI, Ujung Pandang

Rabu, 01 Agustus 2012

Laporan pengenalan serangga perkebunan

Laporan pengenelan nematoda


I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Penyebab penyakit pada tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar tanaman.
Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya khususnya tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Seledri (Aphium graveolens L.) yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah mengetahui semua tentang nematoda.


Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).

1.2  Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul tentang Pengenalan Nematoda adalah untuk mengetahui ciri morfologi, gejala serangan, tehnik ekstraksi serta cara pengendalian dari nematode parasitik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan membedakan ciri morfologi dari nematoda dan gejala serangan serta cara pengendalian yang tepat.










II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.
Nematoda termasuk dalam Filum nemata, terdiri atas dua kelas yaitu Secernenta (Phasmidia) dan Adenophorea (Aphasmidia).  Kelas Secernenta terdiri atas tiga subkelas yaitu Rhabditia, Spiruria, dan Diplogasteria.  Semua nematoda parasitik tanaman termasuk dalam ordo Thylenchida dan Dorylaimida.  Kalasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. adalah Phylum nematoda,            klas secernenta, ordo tylenchida, subordo tylenchina, dan famili heteroderidae (Tjahjadi, 2005).

2.2    Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp.
       Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya (Anafzhu, 2009).

2.3    Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman

       Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anafzhu, 2009).
       Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008).
       Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir vulva (Subagia, 2008).
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan           (Suryadi, 2006), menurut Anafzhu (2009), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas. Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa pada jaringan tanaman , sel-sel ini membesar dua atau tiga kali dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Pracaya, 2007) .

2.4    Tehnik Ekstraksi Nematoda Meloidogyne spp.

 Cara kerja untuk mengekstraksi nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik, nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tissue dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2 x 24 jam. Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak 100 g, untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari tanah atau kotoran yang menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman hingga berukuran 0,5 cm dan ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik (Pracaya, 2007).





2.5  Tehnik Pengendalian

Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan (Sinaga, 2006).
Pengendalian secara kimia dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti. Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda (Trisnawati, 2009).
Pengendalian hayati terhadap patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi, antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Subagia, 2008).


III.  METODE PRAKTEK
3.1    Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Nematoda bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Desember 2011 pada pukul 14.00-16.30 WITA dan hari Sabtu, 24 Desember 2011 pada pukul 15.00-16.30 WITA.

3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Pengenalan Nematoda yaitu talang, keranjang, kain kasa, cutter, sprayer, loyang, corong, saringan, cawan petri, mikroskop, buku gambar, dan alat tulis menulis seperti pulpen, penghapus, pensil, dan penggaris.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pengenalan Nematoda yaitu tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidogyne spp. beserta tanah disekitar tanaman tomat tersebut, tanaman seledri (Aphium graviolens L.) yang terserang penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematode Meloidogyne spp. beserta tanah disekitar tanaman seledri tersebut, 2 botol aquades, dan 3 tissue gulung.



3.3  Cara Kerja

Ekstraksi tanah yang terinfeksi nematoda langkah kerja yang harus dilakukan adalah yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya menaburi tanah yang terinfeksi nematoda kedalam keranjang secara merata. Setelah tanah sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai tanah sedikit tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 2 x 24 jam, setelah 2 x 24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Ekstraksi akar yang terserang nematoda langkah kerjanya yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya mencuci akar yang terinfeksi nematoda dengan bersih, setelah bersih langkah selanjutnya adalah memasukan potongan akar kedalam keranjang secara merata. Setelah akar sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai akar sedikit tenggelam.

Inkubasikan bahan yang telah siap selama 2 x 24 jam, setelah 2 x 24 jam meniris air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri, selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Keterangan :
1. Daun layu dan kering
2. Batang terlihat lunak
3. Bintil-bintil pada akar







 








Gambar 61. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.


Keterangan :
1. Daun terlihat layu & menguning
2. Akar memendek dan terdapat bintil-bintil
 







Gambar 41. Tanaman Seledri (Aphium graviolens L.) yang Terserang Penyakit Puru Akar yang Disebabkan Oleh Nematoda Meloidogyne spp.




Gambar 62. Morfologi Tanaman Seledri (Aphium graveolens L.) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.







Keterangan :
1. Caput
2. Mulut
3. Abdomen
4. Stylet
5. Ekor
 










Gambar 42. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x.







Gambar 63. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne spp. pada Pembesaran10x.




Keterangan :
1. Kepala
2. Mata
3. Perut
4. Stylet

 

















Gambar 64. Morfologi Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada Perbesaran 10x.







4.2     Pembahasan

4.2.1 Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang nematoda    Meloidogyne spp.


         Dari hasil pengamatan tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang nematoda Meloidogyne spp, pada  bagian daunnya terlihat layu dan kering, batang nampak lunak dan kering, dan terlihat pada akarnya berbintil-bintil.
         Gejala serangan nematoda Meloidogyne spp. pada tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) terlihat pada daun yang menjadi cepat masak dan gugur, akar serabut menjadi abnormal jumlahnya. Adanya puru atau bintil-bintil pada akar yang terserang nematoda, yang agak mirip dengan bintil akar bakteri penambat nitrogen pada kacang-kacangan. Meskipun puru dapat mengandung nematoda dalam jangka waktu yang lama, akhirnya puru membusuk dan akar tumbuhan rusak (Trisnawati, 2006).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, tanah disekitar tanaman tomat yang  terserang nematoda terlihat lembab, berair, dan memiliki tekstur tanah yang kasar.
Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar. Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang cukup serta tipe tanah dan pH juga mempunyai pengaruh terhadap distribusi nematoda (Hidayat, 2009).




4.2.2 Tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang nematoda Meloidogyne spp.



Dari hasil pengamatan tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang nematoda Meloidogyne spp. terlihat pada daunnya menjadi layu dan menguning, tanaman tumbuh tidak normal,  dan nampak pada akarnya berbintil-bintil.
Gejala serangannya terlihat pada akar tanaman yang menjadi berbintil-bintil, sehingga berakibat pada sistem transportasi air dan unsur hara terganggu, akibatnya akan berpengaruh keseluruh bagian permukaan tanaman, pertumbuhan menjadi terhambat, daun menguning, dan dalam waktu yang rentan akan mengakibatkan kematian pada tanaman (Tjahjadi, 2008).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan,pada tanah disekitar tanaman seledri yang terserang nematoda lembab, berair, dan memiliki tekstur tanah kasar.
Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar, bukan halus seperti lempeng. Nematoda biasanya  menyukai keadaan lembab karena kelembaban juga berpengaruh terhadap dar hidup nematode. Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga mempunyai kelembapan yang cukup  (Hidayat, 2009).





4.2.3  Perbedaan Nematoda Meloidogyne spp. jantan dan betina

Berdasarkan pada pengamatan, perbedaan Nematoda meloidogyne spp. jantan dan betina terletak pada bagian tubuh dan ukuran tubuhnya. Nematoda jantan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran nematoda jantan juga lebih panjang dari nematoda betina.
Nematoda jantan mempunyai bentuk seperti cacing kecil. Bagian tubuh nematoda jantan terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran tubuh nematoda jantan memanjang bergerak lambat didalam tanah, nematoda jantan lebih panjang dibandingkan dengan nematoda betina. Panjang nematoda jantan bervariasi maksimum 2 mm, kepalanya tidak berlekuk, panjang styletnya hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan membulat (Hidayat, 2009).
Bentuk morfologi nematoda betina berdasarkan hasil pengamatan ini berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, dan stylet. Namun tidak mempunyai ekor seperti nematoda jantan. Nematoda betina memiliki bentuk tubuh seperti botol.
Bentuk morfologi nematoda betina berbeda dengan yang jantan. Nematoda betina mempunyai bentuk yang mirip botol dan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan tidak mempunyai ekor. Nematoda betina juga mempunyai sifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary) mempunyai leher pendek dan tanpa ekor (Hidayat, 2009).


Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan lebarnya antara 0,3–0,4 mm, stiletnya lemah dan panjangnya 12-15 mm  melengkung ke arah dorsal serta mempunyai pangkal knot yang jelas. Dari segi ukuran, nematoda betina mempunyai diameter yang lebih besar dibanding nematoda jantan (Hidayat, 2009).
4.2.4        Teknik esktrasi nematoda Meloidogyne spp.
            Teknik ekstrasi nematoda pada pengamatan ini menggunakan teknik yang sederhana. Akar dari tanaman yag terserang nematoda dibersihkan, kemudian menyediakan talang, keranjang, dan kain kasa, lalu keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Memotong tanaman yang terserang dengan panjang 1 cm lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Memasukkan air aquades secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama  1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman akar dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
            Nematoda bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam tanah. Untuk mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan yang berupa akar harus dibersihkan terlebih dahulu dan dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil dengan panjang  2-3 cm, dengan menggunakan pencincang listrik selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda, campuran tersebut dituangkan keatas saringan. Saringan tetap dibiarkan dalam air untuk menampung sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan menembus lubang saringan dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah saringan tersebut (Hutagalung, 2008)
            Teknik ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda yang berasal dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan kain kasa, cara kerjanya keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Tanah dimasukkan secukupnya ke dalam keranjang. Lalu memasukkan air aquades secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama  1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman tanah dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
            Pengekstraksian nematoda yang berasal dari tanah dapat dilakukan dengan cara metode baskom. Masukkan 100 gr contoh tanah ke dalam baskom Adan tambahkan air hingga merendamkan contoh tanah. Aduk, kemudian tuang suspensinya ke dalam baskom plastik B. Lakukan secara lengkap dan sempurna. Endapan contoh tanah yang terdapat pada baskom A tuangi kembali dengan air dan tuangi lagi suspense tersebut ke dalam baskom B. Sisa partikel tanah kasar pada baskom A dibuang. Aduk suspense pada baskom B, kemudian tuang ke dalam baskom A melalui saringan 125 mesh. Kemudian saringan diletakkan ke dalam cawan petri, dan tuangkan suspensi dari baskom A. Suspensi dalam cawan petri dibiarkan semalam. Apabila air dianggap berlebihan, pengurangan volume air dilakukan dengan caramenyedot air dibagian atas dengan selang plastic yang sebelumnya telah diisi air. Dalam keadaan teraduk, pipet suspensi nematode sebanyak 10 ml, kemudian tuang ke dalam cawan penghitung. Pengamatan dapat dilakukan dibawah mikroskop (Hutagalung, 2008).
                                                                       
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1         Kesimpulan
     Dari pelaksanaan Praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman Tantang Pengenalan Nematoda dapat disimpulkan yaitu :
1. Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam  tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor.
2. Gejala umum Penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar.
3. Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara  bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.

5.2  Saran

Diharapkan kepada seluruh asisten agar menyuruh kami para praktikan membawa alat yang seadanya saja, agar alat-alat yang lain tidak mubazir, soalnya uang para praktikan habis, alat sebagian alat yang praktikan bawa tidak terpakai, atau hanya sebagian saja yang terpakai.



DAFTAR PUSTAKA
Anafzhu, 2009. Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.

Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstrasi dan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan. Rajawali Press, Jakarta.

Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.

Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hidayat, H., 2009. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Sinaga, S.M., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya,Jakarta.

Tjahjadi, N., 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang.

Trisnawati, Y., 2006. Pembudidayaan Secara Komersial Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.


  





Laporan pengenalan jamur


I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

 Budidaya tanaman merupakan suatu kegiatan pertanian yang dilakukan untuk memperoleh hasil pertanian yang maksimal. Namun dalam melakukan pembudidayaan kita tidak pernah luput dari yang namanya penyakit. Penyakit yaitu suatu keadaan yang mana bagian-bagian tertentu dalam tumbuhan secara fisiologis tidak dapat melakukan aktifitas dengan baik.
Jamur  adalah suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, karena mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi tidak mempunyai klorofil.
Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi.  Jamur umumnya berbentuk seperti benang, bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri, maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah mati maupun yang masih hidup.  Jamur yang hidup pada tanaman yang masih hidup disebut parasit, karena menyebabkan penyakit pada tanaman/pathogen  (Pracaya, 2007).



Jamur yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu proses-proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya.  Gangguan yang terus menerus merugikan aktifitas tanaman disebut penyakit tanaman.  Jamur merugikan tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam mineral, mengganggu proses fotosintesis, serta mengganggu pengangkutan hasil-hasil proses fotosintesis.  Jamur juga dapat merusak akar, batang, daun, buah, dan bunga serta hasil tanaman di tempat penyimpanan (Pracaya, 2007). 


1.2  Tujuan dan kegunaan
 Tujuan dari Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Penyakit Tanaman yang disebabkan oleh Jamur adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi gejala-gejala penyakit, siklus hidup, dan pengendalian pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui dan mengidentifikasi klasifikasi, morfologi, dan pengendalian pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur.








II.  TINJAUAN  PUSTAKA
2.1     Colletotrichum capsici
2.1.1  Klasifikasi 
          Klasifikasi Colletotrichum capsici yang menyerang tanaman Cabai (Capsicum annum) yaitu Kingdom Fungi, Divisio Ascomycota, Kelas Sodariomycetes, Ordo Phyllachorales, Famili Phyllachoraceae, Genus Colletotrichum, Spesies Colletotrichum capsici (Irzayanti, 2009).
2.1.2  Ciri mofologi
          Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Roma, 2009).

2.1.3  Gejala serangan

          Jamur Colletotrichum capsici mula-mula membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Irzayanti, 2008).

2.2     Phytophthora palmivora

2.2.1  Klasifikasi

         Phytophthora palmivora yang menyerang tanaman kakao              (Theobroma cacao) mempunyai klasifikasi yaitu Kingdom Stramenophiles, Kelas Oomycetes, Ordo Peronosporales, Famili Pythiaceae, Genus Phytophthora, Spesies Phytophthora palmivora (Pracaya, 2007).

2.2.2  Morfologi

          Phytophthora palmivora yang menyerang Buah Kakao (Theobroma cacao) ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarna kelabu kehitaman pada buah kakao (Theobroma cacao) yang terserang penyakit jamur tersebut, serta memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam family, Phytophthora palmivora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya.  Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya.  Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang. Pada perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium (Anaf, 2009).



2.2.3  Gejala serangan

          Buah Kakao (Theobroma cacao) yang terserang tampak berbercak coklat kehitaman, dari ujung atau pangkal buah. Infeksi (Phytophthora palmivora) pada buah menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Kerusakan oleh Phytophthora palmivora dapat bervariasi mulai ringan, sedang sampai buah tidak dapat dipanen. Kerusakan berat bila cendawan ini masuk kedalam buah dan menyebabkan pembusukan pada biji. Bila menyerang buah pentil, menyebabkan buah termumifikasi sedangkan serangan pada buah muda menyebabkan pertumbuhan biji terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna coklat kehijau-hijauan dan akibatnya mempengaruhi penurunan kualitas biji. Serangan pada buah yang hampir masak tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan biji namun terjadi biji lembek dan akhirnya penurunan aroma biji yang kurang baik (Lina, 2007).

2.3     Fusarium oxyporum

2.3.1  Klasifikasi

          Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman termasuk Kingdom Fungi, Divisi Amastigomycota, Sub Divisi Deuteromycota, Kelas Deuteromycetes, Ordo Moniliales, Famili Tuberculariaceae dan Genus Fusarium, Spesies            Fusarium oxysporum f. sp. Lycopersici Snyd. Et Hans (Roma, 2009).

2.3.2  Morfologi

          Fusarium oxysporum , jamur ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).

2.3.3  Gejala serangan

          Gejala serangan Fusarium oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat, tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2008)
2.4     Alternaria porri

2.4.1  Klasifikasi

 Klasifikasi tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) yang terserang jamur Alternaria porri, klasifikasinya adalah sebagai berikut  Kingdom  Fungi,  Divisi Eumycota, Ordo Hypales, Family Dematiaceae, Genus  Alternaria,              Spesies  Alternaria porri (Hanudin, 2006).

2.4.2  Morfologi

          Morfologi jamur Alternaria porri berbentuk konidium berwarna coklat dan seperti gada terbalik dengan ukuran 145-370 mm dan mempunyai sekat yang membujur dan melintang (Hanudin, 2006).

2.4.3  Gejala serangan

Gejala serangan dari cendawan   Alternaria porri yakni pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna putih atau kelabu.  Ukuran bercak bervariasi tergantung pada tingkat serangan.  Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai cincin dengan warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas kebagian atas atau bawah bercak, dan ujung daun mengering.  Permukaan bercak bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab (Pracaya, 2007).

2.5     Oncobasidium theobromae

2.5.1  Klasifikasi

 Klasifikasi tanaman cacao yang terserang mati pucuk                            Oncobasidium theobromae antara lain Kingdom Fungi, Phylum  Basidomycota, Kelas  Basidiomycetes, Subkelas  Agaricomycetes, Ordo  Ceratobabasidiales, Famili Ceratobasidiaceae, Genus Oncobasidium, Spesies                        Oncobasidium theobromae (Cikser, 2008).

2.5.2  Morfologi

          Oncobasidium theobremae Jamur ini mempunyai ciri morfologi yang tidak sempurna, memiliki tubuh yang sangat kecil dan hidupnya atau habitatnya menyebar secara luas keseluruh bagian tumbuhan dan bersifat parasitoit pada mikroorganisme lain atau hidupnya bergantung pada mikroorganisme lain (Hidayat, 2008).

2.5.3  Gejala serangan

 Gejala serangan yang ditimbulkan cendawan Oncobasidium theobromae yaitu bagian yang diserang adalah daun, ranting/cabang. Gejala  bintik-bintik kecil hijau pada daun terinfeksi dan terbentuk tiga bintik kekakaoan, kulit ranting/cabang kasar, pucuk mati (dieback) (Zakifahmi, 2009).

2.6  Pengendalian Jamur Secara Umum

Pengendalian jamur atau cndawan secara umum yaitu dengan beberapa cara, dengan cara biologis dengan memanfaatkan jamur Trichoderma dan melakukan pengendalian secara fisik yaitu dengan cara kultur teknis, cara fisik dan mekanis, cara biologis memanfaatkan musuh alami patogen antagonis, seperti    Trichoderma sp. Dapat juga memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif  yaitu melakukan pengendalian secara fisik dan cara biologis dengan memanfaatkan jamur Trichoderma sebagai jamur/cendawan antagonis, dapat dilakukan dengan cara membongkar tanaman (termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya, memotong/membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 cm-3 cm bagian kulit sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida. dan mengunakan agens antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang dicampur dengan pupuk kandang/kompos  serta hanya menanam tanaman yang sehat serta mengendalikan  patogen dengan nematisida, memelihara tanaman dengan hati-hati untuk mengurangi terjadinya luka-luka pada akar tanaman (Semangun, 2005)
III. METODE PRAKTEK
3.1   Tempat dan Waktu

 Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Penyakit Tanaman Disebabkan Oleh Jamur dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 8 Desember 2011 pukul 14.00-16.30 WITA

3.2  Alat dan Bahan

       Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Penyakit Tanaman yang disebabkan oleh Jamur yaitu alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cabai (Capsicum annum) yang terserang (Colletotrichum capsici), tanaman kakao (Theobroma cacao) yang terserang (Phytophthora palmivora), tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang (Fusarium oxyporum), dan tanaman pisang (Musa sp.) yang terserang (Fusarium oxyporum), tanaman bawang merah (Allium ascolonicum)  yang terserang (Alternaria porri) ,tanaman kakao (Theobroma cacao) yang terserang  (Oncobasidium theobromae).
3.1   Cara Kerja
Menyiapkan terlebih dahulu spesimen yang ada, mengambil dan mendioknosa spesimen tanaman dan menjelaskan gejala-gejala penyakit pada spesimen tersebut satu per satu , setelah itu menggambarkan spesimen tanaman pada buku gambar, dan menuliskan gejala yang diperoleh dari spesimen yang diamati.







          








IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
 Berdasarkan hasil pengamatan pada Pengenalan Penyakit Tumbuhan yang di sebabkan oleh Jamur, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan :

1.      Bercak berwarna hitam
2.      Lubang pada buah
3.      Mengkerut dan kempes



Gambar 49. Buah Cabai (Capsicum annum) yang diduga terserang penyakit busuk buah cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum capsici

                                                                                       Keterangan : 

1.      Kulit buah berwarna coklat kehitaman
2.      Buah mengkerut
3.      Lunak
   Gambar 50. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) yang terserang penyakit busuk buah yang terserang jamur Phytophthora palmivora


Keterangan :
1.      Daun mengering dan mengkerut
2.       Batang terlihat kekuningan dan bagian dalam terdapat benang-benang halus berwarna merah
Gambar 51.  Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang diduga terserang penyatakit  layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum 


Keterangan :

1.      Terdapat bercak hitam didalam batang
2.      Pinggir-pinggir batang terdapat serat berwarna merah

Gambar 52.  Tanaman Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu  yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum

Keterangan :
1.      Daun bawang layu
2.       Terdapat bercak-bercak ungu pada daun
Gambar 53. Tanaman bawang merah (Allium ascolonicum)  yang diduga terserang penyakit layu yang  disebabkan oleh jamur Alternaria porri




                                                                                       Keterangan : 

1.      Daun tampak layu dan kering
2.      Bagian dalam batang terdapat serat-serat berwarna merah
Gambar 54. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) yang terserang penyakit mati pucuk yang terserang jamur Oncombasidium theobromae


4.2  Pembahasan


       Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala morfologi Cabai (Capsicum annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici tampak terlihat bercak-bercak berwarnah hitam, pada cabai terlihat lubang. Cabai           (Capsicum annum) terlihat mengkerut dan kempes, serta tangkai cabai    (Capsicum annum) mudah terlepas (Gambar 49).
         Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Roma, 2009).
         Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium Gejala serangan jamur Colletotrichum capsici Menyebabkan buah Cabai (Capsicum annum) membusuk kemudian terdapat lubang-lubang pada buah cabai (Capsicum annum)  dan buah kering dan mengempes.

   Gejala yang serangan yang disebabkan oleh jamur            Colleotothrichum capsici pada tanaman cabai (Capsicum annum), yaitu buah yang seperti kelihatan mengering pada biji dan kulit luar pada buah cabai. Karena hanya pada bagian buah yang terserang yaitu mengalami bercaka dan keriting (Pracaya, 2007).
    Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium Pengamatan gejala morfologi pada Kakao (Theobroma cacao) yang terserang jamur                 Phytophthora palmivora terlihat dimana Kakao (Theobroma cacao) permukaan kulit berwarna hitam dengan sedikit bercak-bercak berwarna kuning, buah yang terserang sangat lembek, serta ukuran buah tidak normal (Gambar 50).
             Phytophthora palmivora yang menyerang buah kakao (Theobroma cacao) ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarna kelabu kehitaman pada buah kakao (Theobroma cacao) yang terserang penyakit jamur tersebut, serta memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam family, Phytophthora palmivora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya.  Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya.  Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang. Pada perkecambahan secara tidak langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium (Anaf, 2009).

  Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Phytophthora palmivora yaitu menyebabkan buah kakao             (Theobroma cacao)  menjadi busuk bagian kulit buah tampak kehiam-hitamandan buah menjadi lunak.
Gejala serangan yang timbul akibat adanya serangan                  Phytophthora palmivora yakni Jamur phytophthora palmvora menginveksi pada tanaman kakao melalui yang terserang, batang yang sakit, buah yang sakit dan bagian inang lainnya, selain itu tanaman juga bisa terserang karena alat pertanian yang terkontaminasi denagn jamur dan warna warna buah berubah, umumnya mulai dari ujung buah atau dekat tungkai yang dengan cepat meluas ke seluruh bagian buah dan akhirnya buah menjadi berwarna hitam.  Pada permukaan buah yang sakit, selain menjadi hitam juga timbul lapisan berwarna putih bertepung yang terdiri dari jamur-jamur sekunder yang membentuk spora.  Biji dalam buah akan rusak selang 15 hari setelah buah terinfeksi.  Selain itu, infeksi juga dapat terjadi pada daun, tunas dan batang serta akar dan buah (Tugioyono, 2000).
             Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala morfologi Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang                                     Fusarium oxysporum lycopersici terlihat gejala serangannya yaitu daun Tomat (Lycopersicum esculentum) terlihat kering yang mana semua daunnya mengkerut, warna batang terlihat berwarna hijau kekuning-kuningan. Pada batang yang diris secara horizontal terlihat lubang-lubang (Gambar 51).

         Fusarium oxysporum lycopersici , jamur ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan meristem pada ujung akar (Pracaya, 2007).
           Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan Jamur Fusarium oxysporum Lycopersici yaitu menyebabkan daun tomat layu dan kering dan pada batang terlihat kekuning-kuninagan,ketika batang diiris bagian dalam terdapat benang-benang halus berwarna merah.
         Gejala serangan Fusarium oxyporum Lycopersici  pada tomat (Lycopersicum esculentum) yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadipucat, tangkaidaun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2009).
Dari hasil  pengamatan  di laboratorium, gejala morfologi  pada batang Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu Fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium  oxyporum cubense tampak pada batang pisang terlihat bahwa batang menjadi kemerah-merahan (Gambar 52).
Ciri-ciri dari morfologi dari Fusarium Oxysporum cubense yaitu memiliki struktur yang terdiri dari mikronidia dan makronidia. Makronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima sel biasanya ditemukan pada permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada waktu dorman dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh di air. Miselium terutama terdapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga membentuk miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum cubense adalah fungi aseksual yang menghasilkan tiga spora yaitu mikronidia, makronidia, dan klamidospora. Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan Fusarium pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Permukaan koloninya berwarna ungu, tepinya bergerigi, permukaannya kasar berserabut dan bergelombang. Di alam, jamur ini membentuk konidium.  Konidiofor bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering kali berpasangan (Pracaya, 2007).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Fusarium oxysporum cubense batang pisang (Musa sp.) yang terserang oleh jamur                  Fusarium oxyporum cubense, yaitu terdapat gejala-gejala yang tampak pada batang pisang yaitu berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengah batang.
Gejala serangan pada pengamatan  batang pisang (Musa sp.)yang terserang oleh Fusarium oxysporum cubense akan terlihat gejala serangan pada pinggiran pada batang pisang yang mengakibatkan batang pisang akan terlihat kehitaman-hitaman dan terbentuk benang-benang pada bagian dalam batang pisang        (Musa sp.) (Hidayat, 2008).
Pada batang pisang dan kemudian  dan disebarkan pada batang pisang dan akan mengakibatkan batang pisang tersebut akan terjadi pembusukan pada batang pisang dan kemudian tersebut akan terjadi pembusukan pada buah pisang   (Hidayat, 2008).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilabotaorium gejala morfologi  pada tanaman Bawang merah (Allium ascolonicum)  yang diduga terserang  jamur  Alternaria porii, tampak bercak-bercak ungu serta kuning dan daunnya layu (Gambar 53).
Morfologi jamur Alternaria porri berbentuk konidium berwarna coklat dan seperti gada terbalik dengan ukuran 145-370 mm dan mempunyai sekat yang membujur dan melintang (Pracaya,2007).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Alternaria porri yaitu menyebabkan daun bawang layu dan tampakbercak-bercak ungu pada daun,kemudian dari akar samapi batang daun membusuk.
Gejala serangan yang ditimbulkan dari jamur Alternaria porri ini yaitu terjadinya bercak kecil berwarna putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar bercak tampak bercincin dan warna agak keunguan. Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna kuning, yang meluas agak jauh ke atas dan ke bawah becak. Ujung daun yang sakit mengering. Bercak banyak terdapat pada daun tua (Lanya, 2001).


Dari hasil pengamatan gejala jamur pada Tanaman Kakao           (Theobromae cacao) yang diduga Terserang Oncobasidium theobromae, gejala morfologi nya yaitu ranting kakao (Theobromae cacao) tampak kering yang menunjukkan gejala daun terlihat layu (Gambar 54).
         Oncobasidium theobremae mempunyai ciri morfologi yang tidak sempurna, memiliki tubuh yang sangat kecil dan hidupnya atau habitatnya menyebar secara luas keseluruh bagian tumbuhan dan bersifat parasitoit pada mikroorganisme lain atau hidupnya bergantung pada mikroorganisme lain (Hidayat, 2008).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Oncobasidium theobremae yaitu menyebabkan pada bagian pucuk daun tampak kering dan layu, pada bagian morfologi batang kakao (Theobroma cacao) menjadi kering, pada permukaan buah kakao terdapat hifa terlihat seperti tepung dan pada kulit buah yang terserang tampak lembek jika ditekan oleh tangan.
Gejala serangan yang ditimbulkan dari penyakit jamur              Oncobasidium theobremae adalah menyebabkan bagian ujung batang menjadi kering sehingga tanaman tidak dapat tumbuh lagi dan biasanya dapat mengakibatkan tanaman atau tumbuhan menjadi mati serta pada batang berwarna orange kecoklatan dan menjadi layu pada ujung batangnya  (Hidayat, 2008).





V.  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan  
       Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
  
1. Pada umumnya jamur berbentuk seperti benang bersel banyak dan seluruh bagian dari jamur memiliki potensi untuk tumbuh dan penyebab kerusakan yang terjadi pada tanaman salah satunya disebabkan oleh   jamur sehingga tanaman tersebut tidak dapat tumbuh dan berkembangbiak seperti biasanya atau mengalami gangguan.
2. Gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur adalah gejala nekrosa, gejala yang berupa perubahan bentuk tanaman inang, dan gejala lain seperti layu, karat, serta embun tepung.
3. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur dapat dilakukan dengan cara rotasi tanam, menberantas    gulma, dan sanitasi lingkungan, dengan menanam varietas tahan, menanam benih sehat, pengendalian serangga vector, mengatur waktu tanam dan sanitasi tanaman.

5.2  Saran
 Diharapkan kepada seluruh praktikan agar lebih baik dalam mempersiapkan alat dan bahan serta perlengkapan dalam pelaksanaan praktikum demi kelancaran dan keefektifan terhadap waktu.  



DAFTAR PUSTAKA

Anaf, 2009. Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora).         http://anafzhu.blogspot.com/.Diakses pada Tanggal 11 Desember 2011.
Cikser,  2008. Penyakit Layu pada Tomat. http://andhy-jamur.blogspot.com/. Diakses pada Tanggal 11 Desember 2011.
Hidayat, 2008. Pencarian Gambar. (http=//Labmed.vcst/Education/fung morph/Fungal site/Thumbnails,Jgg. Diakses Tanggal 11 Desember 2011.

Hanudin, 2008. Jamur Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin, Makassar

Irzayanti, 2008. Hama Penyakit. http://bleckmen.wordpress.com/category/cacao-theobroma-cacao/. Diakses Tanggal 11 Desember 2011.
_______, 2008. Penyakit yang disebabkan oleh jamur pada Tanaman. http://bleckmen.wordpress.com/category/cacao-theobroma-cacao/. Diakses Tanggal 11 Desember 2011.
Lina, 2007. Layu Fusarium. http://Jhiagocle.blogspot.com/layu-fusarium. Diaksese pada Tanggal 11 Desember 2011.
Pracaya,  2007.  Hama Dan Penyakit Tanaman.  Penebar Swadaya,  Jakarta.

Roma, 2009. Efektifitas Trichoderma sp. Dari Empat Lokasi Wilayah Banjarbaru Terhadap Fusarium Oxysporum Penyebab Penyakit Layu Tomat. http://romacute.wordpress.com/. Diakses pada Tanggal 11 Desember 2011.