I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit-penyakit
yang diderita tanaman disebabkan oleh patogen bakteri dan virus yang mneyerang
tanaman. Adanya penyakit yang diderita tanaman dapat menyebabkan tanaman
tidak bisa memberikan hasil yang baik secara kualitas dan kuantitas.
Sehingga mengakibatkan kerugian hasil panen yang diharapkan oleh orang
yang membudidayakan tanaman tersebut.
Di Indonesia, tujuh di antara lebih dari 15 jenis patogen virus yang
menginfeksi tanaman kacang-kacangan ditularkan melalui biji. Penularan
virus dari induk tanaman sakit terjadi melalui infeksi sel telur dan atau
tepungsari. Dalam biji terinfeksi, virus terdapat di dalam jaringan kulit biji
atau embrio (kotiledon dan lembaga) (Nasir, 2007).
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran
sangat kecil yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Bakteri
berkembang biak dengan cara membelah diri, serta mengambil bahan makanan secara
parasitis dengan cara menghisapnya melalui dinding sel. Bakteri diketahui
memiliki empat bentuk, diantaranya berbentuk batang (baksilus), bulat (kokkus),
koma (vibrion), dan spiral (spirilum). Virus merupakan organisme subselular
yang berukuran sangat kecil, lebih kecil dari bakteri sehingga hanya dapat
dilihat menggunakan mikroskop elektron dan hanya dapat membiak di dalam sel
yang hidup sehingga virus disebut parasit yang biotroph. Gejala serangan
penyakit virus sering tidak dapat dibedakan dengan gejala kekurangan unsur
hara, pengaruh faktor lingkungan yang ekstrim ataupun pengaruh pencemaran bahan
kimia. Yang membedakan penyakit tanaman karena serangan virus dengan penyakit
tanaman Non-patogenik (yang bukan disebabkan oleh patogen) adalah bahwa
penyakit tanaman yang terserang virus dapat ditularkan pada tanaman yang sehat,
sedangkan tanaman Non-patogenik tidak dapat ditularkan. Agar terhindarnya
tanaman dari penyakit, maka pengetahuan lebih lanjut tentang bakteri dan virus
harus dikembangkan untuk mendapatkan pengendalian peyakit yang efektif (Triharso, 2005).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ciri
morfologi tanaman yang terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
virus
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
membedakan ciri morfologi tanaman yang terserang oleh bakteri dan virus.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Darah pada
Tanaman
Pisang (Musa
paradisiacal)
Penyakit Darah Pisang (Musa paradisiacal) kebanyakan mulai menunjukkan tanda serangan pada tanaman yang sudah
berbuah, sedang pada tanaman yang masih muda belum menampakkan tanda serangan
yang jelas. Pada tanaman dewasa (tanaman pisang yang sudah berbuah) tanda
serangan dapat dilihat pada daun ketiga atau keempat dari atas (pucuk) yang
mulai menguning serta disusul dengan daun berikutnya lalu mengering.
Akibat dari semua daun menguning, maka pertumbuhan buah tidak sempurna.
Apabila buah-buah pisang tersebut di potong atau di belah terlihat adanya
cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan yang berbau busuk. Pada
bagian dalam bungkul dan batang pisang yang sudah terkena penyakit, apabila
dipotong bagian tengah terlihat bintik-bintik berwarna coklat kemerahan.
Akhirnya berlanjut tanaman pisang akan menjadi kering dan mati (Anafzhu, 2008).
Bakteri penyebab timbulnya penyakit darah pada pisang (Musa
paradisiacal) adalah
bakteri “Pseudomonas solanacearum”. Penularan
bakteri ini dapat terjadi karena
tanaman pisang berasal dari bibit yang sakit, singgahnya serangga penyerbuk pada bunga
(jantung) pisang, dan dapat
pula melalui alat-alat pertanian dan aliran air (Trihaso, 2005).
Dalam siklus hidupnya, bakteri Pseudomonas solanacearum dapat
bertahan dalam tanah, kemudian dapat terbawa oleh tanah yang dihanyutkan air.
Dari dalam tanah, bakteri ini dapat menginfeksi akar-akar pisang dan batang
pisang melalui luka-luka (Semangun, 2008).
Adapun pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
Sanitasi, agar lingkungan kebun pisang agar selalu bersih. Menerapkan sistem
drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu.
Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme
antagonis untuk membunuh bakteri perusak, Isolasi spot, yaitu membungkus bunga
pisang dengan kain agar tidak di kunjungi oleh serangga penular sampai selesai
pembungaan serta Eradikasi/pemusnahan, yaitu menebang semua pisang yang ada
pada lahan tersebut, dan diganti dengan tanaman pisang yang tahan terhadap
penyakit darah pisang (Anafzhu, 2008).
2.2 Penyakit Layu pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum)
Gejala serangan penyakit layu
bakteri yang disebabkan Pseudomonas solanacearum ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai
dengan daun yang muda atau pucuk kemudian berlanjut pada seluruh bagian
tanaman. Serangan ini biasanya mulai nampak pada waktu tanaman umur 6
minggu. Jika tanaman di cabut kemudian batangnya dipotong akan terlihat
berkas pembuluh berwarna coklat dan apa bila ditekan dari lingkaran berkas
pembuluh akan keluar massa bakteri yang berwarna ke abu-abuan (Baharuddin, 2007).
Massa bakteri akan terlihat
lebih jelas lagi apabila potongan batang tersebut dimasukan dalam air jernih
dimana setelah batang tersebut dimasukkan beberapa menit kemudian akan terlihat
benang-benang putih halus yang keluar dan bila digoyangkan benang tersebut akan
putus. Benang-benang putih tersebut merupakan massa bakteri (Baharuddin, 2007).
Pseudomonas
solanacearum merupakan
penyebab penyakit Layu bakteri pada tomat. Bakteri ini berbentuk batang dengan
ukuran 0,5 x 1,5 µm, tidak berspora, bergerak dalam satu bulu cambuk
(Flagellum). Penularan
bakteri ini dapat terjadi karena tanaman tomat berasal dari bibit yang sakit, dan dapat pula melalui alat-alat pertanian dan aliran air
(Baharuddin, 2007).
Mula-mula bakteri Pseudomonas
solanacearum terangkut
dalam pembuluh kayu yang besar, kemudian pada batang yang lunak Bakteri masuk
ke dalam ruang antar sel dalam kulit dan empulur, menguraikan sel-sel sehingga
terjadi rongga-rongga pada tanaman tomat dan menginfeksinya. Atau dapat juga
terbawa oleh tanah yang dihanyutkan air kemudian menginfeksi akar-akar tanaman
tomat (Semangun, 2008).
Adapun pengendalian
dapat dilakukan dengan cara Sanitasi, agar selalu bersih. Menerapkan sistem
drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu.
Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme
antagonis untuk membunuh bakteri perusak (Nasir 2007).
2.3 Penyakit
Bercak Daun pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae )
Pada Tanaman kacang tanah (Arachis hypogeae L.), Gejala serangan PMoV
(Peanut Mottle Virus) dapat dilihat dari belang-belang pada daun yang tidak
teratur, berwarna hijau tua dan hijau muda, tulang-tulang daun agak melekuk,
dan tepi daun agak menggulung keatas. Infeksi yang terjadi pada waktu tanaman
masih muda sering menyebabkan terjadinya gejala belang dengan cincin-cincin klorotis.
Olehnya, PMoV sering juga disebut penyakit belang (Semangun, 2006).
Belang pada
daun kacang tanah (Arachis hypogeae L.) disebabkan oleh Virus Belang Kacang Tanah atau
PMoV (Peanut Mottle Virus). Virus ini mempunyai zarah-zarah berbentuk batang
lentur, mempunyai panjang 700-750 nm, bertahan terhadap keasaman antar PH 4-8 (Triharso, 2005).
Daur hidup PMoV (Peanut Mottle Virus) pada kacang tanah (Arachis hypogeae L.) dapat diketahui dari ditularkannya penyakit
oleh kutu daun Aphis craccivora Koch. Satu sampai tiga ekor kutu telah
cukup untuk menularkan penyakit. Dalam badan kutu, virus hanya dapat bertahan
selama 24 jam karena virus bersIfhat nonpersisten, Selanjutnya kutu yang
mengandung virus sudah dapat menularkan virus ke tanaman sehat jika dibiarkan
mengisap selama 3 menit (Triharso,
2005).
Pengendalian terhadap PMoV (Peanut Mottle Virus ) dapat dilakukan
dengan menanam bibit kacang tanah (Arachis hypogeae L.) yang mempunyai ketahanan tinggi terhadap
penyakit belang, serta mengadakan pertanaman yang rapat agar kurang mendapat
gangguan dari penyakit belang
(Tjahhadi, 2008).
Gejala serangan PStV (Peanut Stripe Virus) terlihat dari adanya
garis-garis putus-putus (diskontinu), dan pada daun terjadi gejala mosaik yang
berat, serta terdapat corak tertentu yang bilurnya meluas, sehingga mirip
sekali dengan gejala penyakit belang. PStV sering juga disebut dengan penyakit
bilur (Tjahhadi, 2008).
pada daur hidup PStV
(Peanut Stripe Virus), penyakit dapat ditularkan secara mekanis oleh serangga
dan dapat terbawa oleh biji tanaman sakit. PStV dapat pula ditularkan oleh kutu
daun Aphis craccivora Koch,dengan cara yang sama pada PMoV (Nasir, 2011).
pengendalian terhadap PStV (Peanut Stripe Virus), dapat
dilakukan dengan menanam benih yang bebas virus, menanam jenis yang tahan
terhadap virus maupun kutu daun yang bertindak sebagai vektor virus,
mengendalikan kutu daun dengan insektisida atau mengendalikannya
secara biologi (Nasir, 2007).
2.4 Penyakit Kerdil Hampa
pada Tanaman Padi (Oryza sativa)
Adapun gejala atau tanda kerusakan yang ditimbulkan dari penyakit
yang disebabkan Virus Tungro adalah : Gejala serangan awal di lahan biasanya
khas dan menyebar secara acak. Daun padi yang terserang virus
tungro mula-mula berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian
lama-kelamaan berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat
berwarna hitam. Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan
mengalami pengurangan, tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih
pendek dari malai normal selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa)
sehingga tidak bisa menghasilkan (Ifha, 2007).
Cepatnya perkembangan
penyakit tungro disebabkan antara lain oleh : cepatnya perkembangan serangga
penular wereng coklat (Nilaparvata lugens), masih dilakukannya penanaman bibit padi yang tidak diketahui asal
usul dan kesehatannya, terutama dari daerah endemis tungro. Kemudian
adanya penanaman varietas tidak tahan tungro yang didu-kung pola tanam
tidak teratur, dan para petani masih enggan melakukan pemusnahan (eradikasi)
pada tanaman yang terkena serangan tungro akibatnya tanam padi sehat yang lain
ikut terkena penyakit ini (Ifha, 2007).
Dalam siklus hidupnya, Virus tungro dibawa oleh wereng coklat (Nilaparvata
lugens), dengan mengisap tanaman sakit dan
menyebarkannya melalui jaringan tanaman padi. Penularan penyakit pada wereng
hijau berlangsung secara nonpersisten, yaitu segera terjadi dalam waktu 2 jam
setelah mengisap tanaman, dan menimbulkan tanda serangan setelah 6-9 hari
kemudian (Ifha, 2007).
Pengendalian
terhadap virus tungro dapat dilakukan dengan cara menanam padi tahan wereng,
mencabut dan memusnahkan tanaman yang terinfeksi, rotasi dengan tanaman
palawija, menggunakan varietas yang tahan, eradikasi sumber infeksi dan
budidaya tanaman sehat (Tjahhadi,
2008).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman pada Modul IV tentang Pengenalan Pengenalan Penyakit Tanaman yang disebabkan oleh
Bakteri dan Virus bertempat di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaan Praktikum
pada hari Kamis, 15 Desember 2011, pada pukul 14.00-16.30 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum
ini adalah alat pemotong, alat tulis menulis, dan buku gambar.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
Buah dan Batang Pisang (Musa sp.) yang terserang oleh Blood Disease
Bacterium (BDB), Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum)
yang terserang Pseudomonas solanacearum, Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogeae L.) yang terserang PMoV (Peanut Mottle Virus) dan PStV (Peanut Stripe Virus), serta
Tanaman Padi (Oryza sativa)
yang terserang Virus Tungro.
3.3 Metode Praktek
Menyiapkan terlebih dahulu spesimen yang ada, mengambil
dan mendioknosa spesimen tanaman dan menjelaskan gejala-gejala penyakit pada
spesimen tersebut satu per satu , setelah itu menggambarkan spesimen tanaman pada
buku gambar, dan menuliskan gejala yang diperoleh dari spesimen yang diamati.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan
pada Pengenalan Penyakit Tumbuhan yang di sebabkan oleh Bakteri
dan Virus, maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan :
1. Buah mengkerut berwarna hijau kekuning-kuningan
2. Bagian dalam buah terdapat bercak-bercak coklat
kemerahan.
|
Gambar 55. Buah Pisang (Musa paradisiacal) yang Terserang Penyakit Darah BDB (Blood
Disease Bacterium)
Keterangan :
1. Batang pisang layu kekuningan
2. Bagian dalam batang terdapat bercak-bercak
coklat kemerah-merahan
|
Gambar 56. Batang Pisang (Musa paradisiacal) yang
Terserang Penyakit Darah BDB (Blood Disease Bacterium)
Keterangan :
1.
Daun dan
batang tomat layu meskipun tidak tampak kunig
2.
Bagian
dalam batang terdapat garis-garis hitam.
|
Gambar 57. Tanaman
Tomat (Lycopersicum esculentum)
yang terserang Layu Bakteri yang Disebabkan Oleh Pseudomonas solanacearum
Keterangan :
Bercak-bercak hitam yang
membentuk
cincin
|
Gambar 58. Tanaman Kacang Tanah (Arachis
hypogeae L.) yang Terserang
PMoV (Peanut Mottle
Virus)
Keterangan :
Bercak-bercak hitam yang
mengikuti tulang daun
|
Gambar 59. Tanaman Kacang
Tanah (Arachis
hypogeae L.) yang Terserang PStV (Peanut
Stripe Virus)
Keterangan :
1. Ujung daun menguning terdapat bintik-binti kitam
pada daun
2. Tanaman kerdil dan bulir padi hampa
|
Gambar 60. Tanaman
Padi yang Terserang Virus Tungro (Penyakit kerdil Hampa)
4.2 Pembahasan
Pada pengamatan pertama yaitu Buah Pisang (Musa
paradisiacal) yang
terserang oleh BDB (Blood Disease Bacterium) menunjukkan ciri yaitu buah
pisang yang tidak mengalami pertumbuhan yang tidak sempurna (Tanasi) dan
setelah dibelah terdapat bercak hitam pada daging buah. Seperti yang terlihat
pada (Gambar 55).
Pada Tanaman Pisang dewasa (Tanaman Pisang yang sudah
berbuah) tanda serangan dapat dilihat pada daun ketiga atau keempat dari atas
(pucuk) yang mulai menguning serta disusul dengan daun berikutnya lalu
mengering. Akibat dari semua daun menguning, maka pertumbuhan buah tidak
sempurna. Apabila buah-buah pisang tersebut di potong atau di belah terlihat
adanya cairan atau getah kental berwarna coklat kemerahan yang berbau busuk (Triharso, 2005).
Selanjutnya pengamatan yang dilakukan pada Batang Pisang
(Musa
paradisiacal) yang terserang oleh BDB (Blood
Disease Bacterium) menunjukkan adanya bercak hitam pada bagian tengah batang
pisang. Seperti yang terlihat pada (Gambar 56).
Bakteri penyebab timbulnya penyakit darah pada pisang
adalah bakteri “Pseudomonas solanacearum”. Penularan
bakteri ini dapat terjadi karena
tanaman pisang berasal dari bibit yang sakit, singgahnya serangga penyerbuk pada bunga
(jantung) pisang, dan dapat
pula melalui alat-alat pertanian dan aliran air.Ada
beberapa upaya yang bisa dilaksanakan untuk mengendalikan Penyakit Darah Pisang
pada tingkat serangan tertentu sebagai berikut: perketat karantina, sanitasi,
desinfektan peralatan, pemupukan, isolasi spot dan eradikasi (Triharso, 2005).
Pengamatan yang dilakukan pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang Pseudomonas
solanacearum menunjukkan ciri-ciri serangan yaitu layunya daun Tanaman
Tomat dan ketika batangnya diiris akan nampak garis hitam. Seperti yang
terlihat pada (Gambar
57).
Penyakit layu bakteri pada
Tomat yaitu BDB (Blood Disease Bacterium) yang disebabkan Pseudomonas solanacearum
ditandai dengan adanya daun yang layu dimulai dengan daun yang muda atau pucuk
kemudian berlanjut pada seluruh bagian tanaman. Jika tanaman di cabut
kemudian batangnya dipotong akan terlihat berkas pembuluh berwarna coklat.
Massa bakteri akan terlihat lebih jelas lagi apabila potongan batang
tersebut dimasukan dalam air jernih dimana setelah batang tersebut dimasukkan
beberapa menit kemudian akan terlihat benang-benang putih halus yang keluar dan
bila digoyangkan benang tersebut akan putus. Benang-benang putih tersebut
merupakan massa bakteri (Baharuddin,
2007).
Adapun pengendalian penyakit layu bakteri pada tomat yang disebabkan Pseudomonas
solanacearum dapat dilakukan dengan cara Sanitasi, agar selalu bersih. Menerapkan
sistem drainase yang baik, menggunakan peralatan yang steril/dibersihkan dulu.
Pemupukan dengan bahan organik akan meningkatkan aktivitas mikroorganisme
antagonis untuk membunuh bakteri perusak (Baharuddin, 2007).
Kemudian pada pengamatan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae L.) yang terserang PMoV (Peanut Mottle
Virus) menunjukkan ciri-ciri yaitu adanya bercak hitam berbentuk cincin pada
daun Kacang Tanah. Seperti yang terlihat pada (Gambar 58).
Gejala serangan yang sering dijumpai di lapang terhadap
PMoV (Peanut
Mottle Virus) adalah gejala belang berwama hijau tua dikelilingi daerah yang
lebih terang atau hijau kekuning-kuningan. Pada umumnya gejala awal pada
daun muda terlihat adanya bintik-bintik klorotik yang selanjutnya berkembang
menjadi belang-belang melingkar. Pada daun tua berwarna hijau kekuningan
dengan belang-belang berwarna hijau tua (Semangun, 2006).
Pada pengamatan Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogeae
L.) yang terserang PStV (Peanut Stripe Virus) menunjukkan gejala serangan
yang hampir sama dengan ciri gejala serangan PMoV (Peanut Mottle Virus), hanya
saja bercak pada gejala serangan PStV (Peanut Stripe Virus) mengikuti tulang
daun. Seperti yang terlihat pada (Gambar 59).
Daun tanaman yang terinfeksi menunjukkan gejala bercak
hijau atau bilur yang dikelilingi garis klorotik dan agak berkerut. Pada
perkembangan lebih lanjut muncul gejala mosaik. Gejala lainnya adalah
bercak tak beraturan (blotch ) atau garisgaris klorotik pada daun, tergantung
pada strain PStV yang menyerang (Semangun,
2007).
Pengendalian terhadap Peanut Mottle Virus (PMoV) dapat
dilakukan dengan menanam bibit kacang tanah yang mempunyai ketahanan tinggi
terhadap penyakit belang, serta mengadakan pertanaman yang rapat agar kurang
mendapat gangguan dari penyakit belang. Sedangkan pengendalian terhadap Peanut
Stripe Virus (PStV), dapat dilakukan dengan menanam benih yang bebas virus,
menanam jenis yang tahan terhadap virus maupun kutu daun yang bertindak sebagai
vektor virus, mengendalikan kutu daun dengan insektisida atau mengendalikannya
secara biologi (Tjahhadi,
2008).
Pada pengamatan terhadap Tanaman Padi (Oryza sativa)
yang terserang virus Tungro yaitu menunjukkan ciri morfologi adanya bercak
berwarna coklat kehitaman pada batang, daun dan bulir padi serta ukuran tanaman
yang kerdil. Seperti yang terlihat pada (Gambar 60).
Daun padi yang terserang virus tungro mula-mula
berwarna kuning oranye dimulai dari ujung-ujung, kemudian lama-kelamaan
berkembang ke bagian bawah dan tampak bintik-bintik karat berwarna hitam.
Bila keadaan ini dibiarkan jumlah anakan padi akan mengalami pengurangan,
tanaman menjadi kerdil, malai yang terbentuk lebih pendek dari malai normal
selain itu banyak malai yang tidak berisi (hampa) sehingga tidak bisa
menghasilkan (Ifha, 2007).
Pengendalian penyakit tungro dilakukan secara dini
(tanaman muda peka) dengan menerapkan sistem pengendalian penyakit secara
terpadu, yaitu eradikasi sumber infeksi (tanaman sakit, singgang, voluntir dan
rumput-rumputan inang), penggunaan varietas tahan, budi daya tanaman sehat dan
pengendalian serangga penular (Wawan, 2005).
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Bagian tumbuh tumbuhan
yang diserang bakteri akan mengeluarkan lendir keruh, baunya sangat menusuk,
dan lengket jika disentuh. Setelah membusuk, lama – kelamaan tumbuhan akan mati.
2. Gejala-gejala virus menyerang tanaman dapat menampilkan berbagai
gejala yang berbeda.Seluruh tanaman dapat tumbuh terhambat seperti tanaman
kerdil dan daun yang terinfeksi dapat menunjukkan warna yang tidak normal
seperti mosaik dan menguning. Sangat sering daun terinfeksi memiliki penampilan
berupa daun yang menggulung atau keriting dan juga buah-buahan dapat
menampilkan berbagai gejala tergantung pada virus.
3. Ada beberapa upaya
yang bisa dilaksanakan untuk mengendalikan Penyakit pada tanaman yaitu sebagai
berikut: pengendalian vektor penyebar virus, rotasi tanaman, memperketat
karantina, sanitasi, desinfektan peralatan, pemupukan, isolasi spot dan
eradikasi
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu sebaiknya alat-alat terutama kursi di laboratorium di sediakan. Agar para praktikan dapat mengikuti praktek dengan nyaman.
DAFTAR
PUSTAKA
Baharuddin,
2007. Karakterisasi Bakteri Penyebab Blood Disease Pada Pisang.
http://www.isaaa.org/ Kc/Cropbiotechupdate/translations/bahasa/bahasa-2007-04-27.pdf. Diakses pada tanggal 18 Desember
2011.
Ifha , dkk.,
2005. Produksi Antibodi Poliklonal Peanut
Stripe Virus. http://www.
aseanbiotechnology.info/Abstract/23006622.pdf.
Diakses pada tanggal 18
Desember 2011.
Anafzhu, 2007. Penyakit.
http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html. Diakses pada tanggal 18 Desember 2011.
Nasir S., 2007. Sistem Produksi
Kacang-kacangan untuk Menghasilkan Benih BebasVirus.http://www.puslittan.bogor.net/berkasPDF/IPTEK/2007/Nomor-1/05-Nasir%20Saleh.pdf. Diakses pada tanggal 18 Desember
2011.
______,
2007. Ekobiologi Dan Optimalisasi Pengendalian Penyakit Virus Belang
Pada Kacang Tanah Melalui Pengelolaan Tanaman Secara
Terpadu. http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/p3222031.pdf.
Diakses pada tanggal 18
Desember 2011.
Titik N. A., 2008. Patogenisitas Bakteri
Layu Pisang (Ralstonia sp.) Pada Beberapa Tanaman Lain. http://jurnalhpt.fp.unila.ac.id/files/disk1/1/jhpt--titiknurae-10-1-4_titik-y.pdf. Diakses pada tanggal 18 Desember
2011.
Triharso, 2005. Upaya Pengendalian
Penyakit Darah Pisang (Pseudomonas solanacearum). http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/ ntbr0106 .pdf. Diakses pada tanggal 18 Desember
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar