Sabtu, 18 Agustus 2012
Minggu, 05 Agustus 2012
Hasil Editan Photoshop :D
hihihihihi !!!
Smile !!
Boyband AGB, hihixxx
Pubing cess.. !!
Pusing banyak yang harus dibayar !!
yahh cuma 10.000 hehe
xixixixi
Sabtu, 04 Agustus 2012
Sejarah POPMASEPI
Sejarah
Ide
pendirian POPMASEPI diawali dari pembicaraan informal di antara peserta
seminar di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, yang akhirnya
menyepakati diadakannya pertemuan untuk membentuk suatu Organisasi
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tingkat Nasional. Sebagai tindak
lanjutnya adalah diadakannya Temu Nasional Himpunan Mahasiswa Sosial
Ekonomi Pertanian se-Indonesia yang diselenggarakan oleh HIMASETA
Fakultas Pertanian UNS Surakarta pada tanggal 22-23 Mei 1990. Presidium
Temu Nasional tersebut adalah Universitas Hasanuddin (Andi Hatta
Tajang), Universitas Gadjah Mada (Jangkung Handoyo Mulyo), dan Institut
Pertanian Bogor (Sunardi).
Acara ini dihadiri oleh utusan dari 12 institusi, yaitu :
1. Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UGM
2. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNEJ
3. Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian UNHAS
4. Himpunan Mahasiswa Sosio Agro Ekonomi UNSOED
5. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNIBRAW
6. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
7. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian INSTIPER
8. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UPN Yogyakarta
9. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNUD
10. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNS
11. Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB
12. Senat Mahasiswa Universitas Pattimura
Dalam Temu Nasional tersebut telah diupayakan pembentukan suatu organisasi profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tingkat nasional, yaitu penetapan tata tertib sidang dan rekomendasi penyelenggaraan Musyawarah Nasional I Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MUNAS I POPMASEPI).
Penyelenggara Seminar dan Munas I adalah 11 organisasi profesi mahasiswa sosial ekonomi pertanian kecuali UNPATTI. Pertemuan Nasional yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi pertanian (KMSEP) Universitas Gadjah Mada yang dihadiri oleh 30 utusan organisasi profesi mahasiswa sosial ekonomi pertanian se-Indonesia.
POPMASEPI atau Association of Indonesian Students of Agricultural Socio-Economics Organization berdiri secara de jure tanggal 28 September 1990, yaitu sejak ditandatanganinya Deklarasi POPMASEPI. Munas I POPMASEPI berhasil merumuskan 12 ketetapan tentang:
1. Presidium Munas I POPMASEPI
2. Tata Tertib Persidangan Munas I POPMASEPI
3. Deklarasi pendirian POPMASEPI
4. Anggaran Dasar POPMASEPI
5. Anggaran Rumah Tangga POPMASEPI
6. Garis-garis Besar Haluan Organisasi POPMASEPI
7. Rekomendasi Umum
8. Ketua Umum DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
9. Formatur pemilihan pengurus DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
10. Susunan pengurus DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
11. Ketua Umum MPA POPMASEPI masa bakti 1990-1992
12. Formatur pemilihan pengurus MPA POPMASEPI masa bakti 1990-1992
Pada masa bakti 1990-1992 terpilih sebagai Ketua Umum DPP POPMASEPI adalah Universitas Gadjah Mada (Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) atas nama Jangkung Handoyo Mulyo dan Ketua Umum MPA POPMASEPI adalah Institut Pertanian Bogor (Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) atas nama Sunardi. Dalam Munas I tersebut diputuskan bahwa penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) POPMASEPI adalah Himpunan Mahasiwa Sosio Agro Ekonomi UNSOED, Purwokerto dan penyelenggara Munas II adalah Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UMI, Ujung Pandang
Acara ini dihadiri oleh utusan dari 12 institusi, yaitu :
1. Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UGM
2. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNEJ
3. Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian UNHAS
4. Himpunan Mahasiswa Sosio Agro Ekonomi UNSOED
5. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNIBRAW
6. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNPAD
7. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian INSTIPER
8. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UPN Yogyakarta
9. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNUD
10. Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UNS
11. Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian IPB
12. Senat Mahasiswa Universitas Pattimura
Dalam Temu Nasional tersebut telah diupayakan pembentukan suatu organisasi profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian tingkat nasional, yaitu penetapan tata tertib sidang dan rekomendasi penyelenggaraan Musyawarah Nasional I Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (MUNAS I POPMASEPI).
Penyelenggara Seminar dan Munas I adalah 11 organisasi profesi mahasiswa sosial ekonomi pertanian kecuali UNPATTI. Pertemuan Nasional yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi pertanian (KMSEP) Universitas Gadjah Mada yang dihadiri oleh 30 utusan organisasi profesi mahasiswa sosial ekonomi pertanian se-Indonesia.
POPMASEPI atau Association of Indonesian Students of Agricultural Socio-Economics Organization berdiri secara de jure tanggal 28 September 1990, yaitu sejak ditandatanganinya Deklarasi POPMASEPI. Munas I POPMASEPI berhasil merumuskan 12 ketetapan tentang:
1. Presidium Munas I POPMASEPI
2. Tata Tertib Persidangan Munas I POPMASEPI
3. Deklarasi pendirian POPMASEPI
4. Anggaran Dasar POPMASEPI
5. Anggaran Rumah Tangga POPMASEPI
6. Garis-garis Besar Haluan Organisasi POPMASEPI
7. Rekomendasi Umum
8. Ketua Umum DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
9. Formatur pemilihan pengurus DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
10. Susunan pengurus DPP POPMASEPI masa bakti 1990-1992
11. Ketua Umum MPA POPMASEPI masa bakti 1990-1992
12. Formatur pemilihan pengurus MPA POPMASEPI masa bakti 1990-1992
Pada masa bakti 1990-1992 terpilih sebagai Ketua Umum DPP POPMASEPI adalah Universitas Gadjah Mada (Keluarga Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian) atas nama Jangkung Handoyo Mulyo dan Ketua Umum MPA POPMASEPI adalah Institut Pertanian Bogor (Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian) atas nama Sunardi. Dalam Munas I tersebut diputuskan bahwa penyelenggaraan Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) POPMASEPI adalah Himpunan Mahasiwa Sosio Agro Ekonomi UNSOED, Purwokerto dan penyelenggara Munas II adalah Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian UMI, Ujung Pandang
Rabu, 01 Agustus 2012
Laporan pengenelan nematoda
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh
mikroorganime dari berbagai jenis yang tidak bisa kita lihat dengan menggunakan
mata telanjang. Dampak dari serangan penyakit berbeda-beda setiap jenis tumbuhan
yang diseranggnya. Mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya penyakit pada
tumbuhan seperti Jamur, Bakteri, Virus dan Nematoda. Penyebab penyakit pada
tanaman yang disebutkan di atas diantaranya adalah Nematoda. Nematoda dapat
berperan sebagai hama dan juga sebagai penyakit, dikatakan sebagai hama karena
nematoda dapat menyerang tanaman dari permukaan tanah dan digolongkan sebagai
penyebab penyakit karena dapat masuk kedalam jaringan pembuluh pada akar
tanaman.
Melihat fenomena bahwa banyaknya tanaman budidaya
khususnya tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum) dan Seledri (Aphium
graveolens L.) yang terserang Nematoda untuk itu sangat pentingnya praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman khususnya tentang Pengenalan Nematoda. Dengan
praktikum ini kita dapat mengetahui morfologi nematoda, gejala serangan dan
juga pangandalian nematoda, sehingga dalam pengaplikasian dilapangan kita sudah
mengetahui semua tentang nematoda.
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke
dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat
berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan
berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nemtoda sangat kecil, para
petani sangat sulit membedakan dengn penyakit yang disebabkan oleh virus dan
bakteri (Pracaya, 2007).
1.2 Tujuan dan
Kegunaan
Tujuan dari
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul tentang Pengenalan Nematoda
adalah untuk mengetahui ciri morfologi, gejala serangan, tehnik ekstraksi serta
cara pengendalian dari nematode parasitik.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan membedakan ciri morfologi dari nematoda dan gejala serangan
serta cara pengendalian yang tepat.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp.
Nematoda termasuk dalam Filum nemata, terdiri atas dua
kelas yaitu Secernenta (Phasmidia)
dan Adenophorea (Aphasmidia). Kelas Secernenta terdiri atas tiga subkelas
yaitu Rhabditia, Spiruria, dan Diplogasteria.
Semua nematoda parasitik tanaman termasuk dalam ordo Thylenchida dan
Dorylaimida. Kalasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. adalah Phylum
nematoda, klas secernenta,
ordo tylenchida, subordo tylenchina, dan famili heteroderidae (Tjahjadi, 2005).
2.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp.
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase
yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda
puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang
dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi
lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan
kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II
menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari
makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus
korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan
pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan
sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian
kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan
atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat
muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama
hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan
inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan
kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi
betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar
mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk
keberhasilan siklus hidupnya (Anafzhu, 2009).
2.3 Morfologi
dan Cara Menginfeksi Tanaman
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam
tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk dan panjang
stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina (Anafzhu, 2009).
Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008).
Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya ditemukan 1 atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi). Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing. Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu yang berupa sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu melebar disebut ala caudal sedangkan yang melebar membentuk bentukan yang disebut bursa (berfungsi untuk memegang cacing betina saat kopulasi (Subagia, 2008).
Nematoda betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat
endoparasit yang tidak berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa
ekor. Panjang lebih dari 0,5 mikron dan lebarnya antara 0,3-0,4 mm, stiletnya
lemah dan panjangnya 12–15 mm melengkung kearah dorsal, serta mempunyai pangkal
knot yang jelas. Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium
tubuler, berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang
meluas membentuk Reseptakulum Seminalis yaitu kantung sperma), vagina dan terakhir
vulva (Subagia, 2008).
Serangan nematoda menimbulkan gejala yang beragam tergantung pada jenis
nematoda, jenis tumbuhan yang terserang dan keaadaan lingkungan (Suryadi, 2006), menurut Anafzhu (2009), nematoda yang menyerang akar akan menimbulkan
gejala terutama pada akar, tetapi gejala ini biasanya disertai dan munculnya
gejala pada bagian atas tanaman, yaitu berupa gejala tanaman kerdil, daun
menguning, dan layu yang berlebihan dalam cuaca panas. Puru akar merupakan ciri khas dari serangan nematoda Meloidogyne spp. Puru akar tersebut terbentuk karena terjadinya pembelahan sel-sel raksasa
pada jaringan tanaman , sel-sel ini membesar dua atau tiga kali
dari sel-sel normal. Selanjutnya akar yang terserang akan mati dan
mengakibatkan pertumbuhan tanamn terhambat. Respon tanaman terhadap nematoda
puru akar merupakan respon dari seluruh bagian tanaman dan respon dari sel-sel
tanaman, seluruh bagian tanaman memberikan respon terhadap infeksi dan
menurunnya laju fotosintesis, pertumbuhan dan hasil (Pracaya, 2007) .
2.4 Tehnik
Ekstraksi Nematoda Meloidogyne spp.
Cara kerja untuk
mengekstraksi nematoda yaitu Susun berturut-turut dari bawah nampan plastik,
nampan saringan, kasa dan tissue. Ambil sampel kemudian ratakan pada tissue
yang telah disiapkan tersebut di atas. Tuangkan air pada nampan secara
perlahan, sampai tanah yang telah diratakan tersebut basah/air menyentuh tissue
dan permukaan air tidak melebihi permukaan sampel. Inkubasikan selama 2 x 24 jam.
Saringan diangkat dan ditiriskan. Air yang tertampung pada nampan disaring
dengan menggunakan saringan 200 mesh. Cuci saringan dengan air bersih
menggunakan botol semprot. Kemudian masukkan suspensi nematoda ke dalam botol
dan disimpan dalam lemari pendingin untuk pengamatan. Tuang suspensi dalam papan
hitung untuk pengamatan nematoda sekaligus menghitung populasi nematoda di
bawah mikroskop stereo. Nematoda dipancing menggunakan kait nematoda dan
diletakkan diatas gelas benda yang telah ditetesi air untuk diamati dibawah
mikroskop compound. Catatan untuk pengerjaan sampel tanah ditimbang sebanyak
100 g, untuk pengerjaan sampel akar atau jaringan tanaman, dibersihkan dari
tanah atau kotoran yang menempel. Dipotong-potong menggunakan gunting tanaman
hingga berukuran 0,5 cm dan ditimbang. Kemudian sampel diblender selama 3 detik
(Pracaya, 2007).
2.5
Tehnik Pengendalian
Pengendalian nematoda dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan
pengendalian hayati. Pengendalian dengan bercocok tanam melalui pengaturan
waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan
perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan
dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas
matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan (Sinaga, 2006).
Pengendalian secara kimia
dapat dilakaukan dengan penggunaan nematisida: fumigan, metil bromyda, methon
sodium dan karbofuran, penanifhas, dan prophus. Pengendalian secara hayati pelaksanaannya
menggunakan mikroorganisme pada nematoda yang sekarang giat diteliti.
Pengendalian hayati dilakukan dengan menggunakan parasit atau predator pada
telur, larva tau nematoda dewasa agar dapat menekan populasi nematoda (Trisnawati, 2009).
Pengendalian hayati terhadap
patogen tanaman umumnya terjadi mekanisme secara antagonis. Antagonis yaitu
peristiwa dimana organisme yang satu menghambat perkembangan dan pertumbuhan
organisme yang lain, hal ini dapat terjadi dengan beberapa cara seperti kompetisi,
antibiosis, dan parasitisme. Dalam hal ini dapat terjadi persaingan dan
perebutan ruang, makannan (nutrisi), oksigen dan pembentukan toksin (Subagia, 2008).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
tentang Pengenalan Nematoda bertempat
di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Tadulako, Palu. Waktu pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 Desember 2011 pada pukul 14.00-16.30 WITA dan hari Sabtu, 24 Desember 2011 pada pukul 15.00-16.30 WITA.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Pengenalan
Nematoda yaitu talang, keranjang, kain kasa, cutter, sprayer, loyang, corong, saringan, cawan petri,
mikroskop,
buku gambar, dan alat tulis menulis seperti pulpen, penghapus, pensil, dan penggaris.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum Pengenalan
Nematoda yaitu tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum) yang terserang penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematoda
Meloidogyne spp. beserta tanah disekitar tanaman tomat tersebut,
tanaman seledri (Aphium graviolens
L.) yang terserang penyakit puru akar yang disebabkan oleh nematode Meloidogyne spp. beserta tanah disekitar tanaman seledri tersebut,
2 botol aquades, dan 3 tissue gulung.
3.3 Cara Kerja
Ekstraksi tanah yang terinfeksi nematoda langkah kerja
yang harus dilakukan adalah yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang
dan kain kasa, kemudian meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu
melapisi keranjang tersebut dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang
terlapisi dengan baik selanjutnya menaburi tanah yang terinfeksi nematoda
kedalam keranjang secara merata. Setelah tanah sudah ditaburi langkah
selanjutnya memasukan air aquades ke dalam talang sampai tanah sedikit
tenggelam. Inkubasikan bahan yang telah siap selama 2 x 24 jam,
setelah 2 x 24 jam meniris
air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah
itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri,
selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop
dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat.
Ekstraksi akar yang terserang nematoda langkah kerjanya
yaitu pertama-pertama menyiapkan talang, keranjang dan kain kasa, kemudian
meletakkan keranjang di atas talang, setelah itu melapisi keranjang tersebut
dengan kain kasa dan tisue, setelah keranjang terlapisi dengan baik selanjutnya
mencuci akar yang terinfeksi nematoda dengan bersih, setelah bersih langkah
selanjutnya adalah memasukan potongan akar kedalam keranjang secara merata.
Setelah akar sudah ditaburi langkah selanjutnya memasukan air aquades ke dalam
talang sampai akar sedikit tenggelam.
Inkubasikan bahan yang telah siap selama 2 x 24 jam,
setelah 2 x 24 jam meniris
air rendaman tersebut kemudian menyaring air tersebut dengan saringan, setelah
itu menyemprot-nyemprotkan saringan dengan hands sprayer di atas cawan petri,
selanjutnya mengemati nematoda yang ada dalam cawan petri di bawah mikroskop
dengan perbesaran 10x, kemudian menggambar morfologi nematoda yang terlihat
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum, maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
Keterangan :
1. Daun layu dan kering
2. Batang terlihat lunak
3.
Bintil-bintil pada akar
|
Gambar 61. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Terserang Nematoda Meloidogyne
spp.
Keterangan
:
1. Daun terlihat layu & menguning
2. Akar memendek dan terdapat bintil-bintil
|
Gambar 41. Tanaman Seledri (Aphium graviolens L.) yang Terserang
Penyakit Puru Akar yang Disebabkan
Oleh Nematoda Meloidogyne spp.
Gambar 62. Morfologi Tanaman
Seledri (Aphium graveolens L.) yang Terserang Nematoda Meloidogyne spp.
Keterangan :
1. Caput
2. Mulut
3. Abdomen
4. Stylet
5. Ekor
|
Gambar 42. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne
spp. pada Perbesaran 10x.
Gambar 63. Morfologi Nematoda Jantan Meloidogyne
spp. pada Pembesaran10x.
Keterangan :
1. Kepala
2. Mata
3. Perut
4. Stylet
|
Gambar 64. Morfologi
Nematoda Betina Meloidogyne spp. pada
Perbesaran
10x.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum) yang terserang
nematoda Meloidogyne spp.
Dari
hasil pengamatan tanaman tomat (Lycopersicum
esculentum) yang terserang nematoda Meloidogyne
spp, pada
bagian daunnya terlihat layu dan kering,
batang nampak lunak dan kering, dan terlihat pada akarnya berbintil-bintil.
Gejala serangan nematoda Meloidogyne
spp. pada tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) terlihat pada daun yang menjadi cepat masak dan gugur, akar serabut
menjadi abnormal jumlahnya. Adanya
puru atau bintil-bintil pada akar yang terserang
nematoda, yang agak mirip dengan
bintil akar bakteri penambat nitrogen pada kacang-kacangan. Meskipun puru dapat
mengandung nematoda dalam jangka waktu yang lama, akhirnya puru membusuk dan
akar tumbuhan rusak (Trisnawati, 2006).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, tanah disekitar
tanaman tomat yang terserang nematoda
terlihat lembab, berair, dan memiliki
tekstur tanah yang kasar.
Tanah yang menjadi tempat hidup nematoda mempunyai
struktur yang kasar. Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai
banyak pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut
juga mempunyai kelembapan yang cukup serta tipe tanah dan pH juga mempunyai
pengaruh terhadap distribusi nematoda (Hidayat, 2009).
4.2.2 Tanaman seledri (Apium graviolens L.) yang terserang nematoda Meloidogyne spp.
Dari hasil pengamatan tanaman seledri
(Apium graviolens L.) yang terserang
nematoda Meloidogyne spp. terlihat pada daunnya menjadi layu dan
menguning, tanaman tumbuh tidak normal, dan nampak pada akarnya berbintil-bintil.
Gejala serangannya terlihat pada akar tanaman
yang menjadi
berbintil-bintil, sehingga berakibat pada sistem transportasi air dan unsur
hara terganggu, akibatnya akan berpengaruh keseluruh bagian permukaan tanaman,
pertumbuhan menjadi terhambat, daun menguning, dan dalam waktu yang rentan akan
mengakibatkan kematian pada tanaman (Tjahjadi, 2008).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan,pada tanah disekitar
tanaman seledri yang terserang nematoda lembab, berair, dan memiliki tekstur
tanah kasar.
Tanah yang
menjadi tempat hidup nematoda mempunyai struktur yang kasar, bukan halus
seperti lempeng. Nematoda biasanya
menyukai keadaan lembab karena kelembaban juga berpengaruh terhadap dar
hidup nematode. Kebanyakan nematoda juga hidup di tanah yang mempunyai banyak
pori dan didalam pori-pori tersebut terdapat cukup udara. Tanah tersebut juga
mempunyai kelembapan yang cukup (Hidayat,
2009).
4.2.3 Perbedaan Nematoda Meloidogyne spp. jantan
dan betina
Berdasarkan pada pengamatan, perbedaan Nematoda meloidogyne
spp. jantan dan betina terletak pada bagian tubuh dan ukuran tubuhnya.
Nematoda jantan mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata, perut, stylet, dan ekor. Ukuran nematoda jantan juga lebih panjang dari nematoda betina.
Nematoda jantan
mempunyai bentuk seperti cacing kecil. Bagian tubuh nematoda jantan terdiri
atas kepala, mata, perut, stylet, dan
ekor. Ukuran tubuh nematoda jantan memanjang bergerak
lambat didalam tanah, nematoda jantan lebih panjang dibandingkan dengan
nematoda betina. Panjang nematoda jantan bervariasi maksimum 2 mm, kepalanya
tidak berlekuk, panjang styletnya
hampir dua kali panjang stylet betina, ekornya pendek dan membulat (Hidayat, 2009).
Bentuk
morfologi nematoda betina berdasarkan hasil pengamatan ini berbeda dengan yang
jantan. Nematoda betina mempunyai bagian tubuh yang terdiri atas kepala, mata,
perut, dan stylet. Namun tidak mempunyai ekor seperti nematoda jantan. Nematoda
betina memiliki bentuk tubuh seperti botol.
Bentuk morfologi nematoda betina berbeda dengan yang
jantan. Nematoda betina mempunyai bentuk yang mirip botol dan mempunyai bagian
tubuh yang terdiri atas kepala, mata,
perut, stylet, dan tidak mempunyai ekor. Nematoda
betina juga mempunyai sifat endoparasit yang tidak berpindah (sedentary) mempunyai leher pendek dan tanpa ekor (Hidayat, 2009).
Panjangnya lebih dari 0,5 mm dan
lebarnya antara 0,3–0,4 mm, stiletnya lemah dan
panjangnya 12-15 mm melengkung ke arah dorsal serta mempunyai
pangkal knot yang jelas. Dari segi ukuran, nematoda betina
mempunyai diameter yang lebih besar dibanding nematoda jantan (Hidayat, 2009).
4.2.4
Teknik esktrasi nematoda Meloidogyne
spp.
Teknik
ekstrasi nematoda pada pengamatan ini menggunakan teknik yang sederhana. Akar dari tanaman yag terserang nematoda dibersihkan, kemudian menyediakan talang, keranjang,
dan kain kasa, lalu keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Memotong tanaman yang terserang dengan
panjang 1 cm lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Memasukkan air aquades
secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam,
kemudian menyaring air rendaman akar dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air
pada saringan agar nematoda pada saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
Nematoda
bisa diekstrasi dari dalam jaringan tumbuhan dan dari dalam tanah. Untuk
mengekstrasi nematoda yang berasal dari dalam jaringan tumbuhan yang berupa
akar harus dibersihkan terlebih
dahulu dan dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil dengan panjang 2-3 cm, dengan menggunakan pencincang listrik
selama 15-30 detik akan menghasilkan campuran nematoda, campuran tersebut
dituangkan keatas saringan. Saringan tetap dibiarkan dalam air untuk menampung
sisa jaringan tumbuhan, nematoda yang bergerak akan menembus lubang saringan
dan dapat dikumpulkan dari air yang berada dibawah saringan tersebut
(Hutagalung, 2008)
Teknik
ekstrasi sederhana juga digunakan dalam mengekstrasikan nematoda yang berasal
dari tanah. Alat-alat yang disediakan yaitu talang, keranjang, dan kain kasa, cara kerjanya keranjang ditutupi dengan kain kasa dan tissue. Tanah dimasukkan secukupnya ke
dalam keranjang. Lalu memasukkan air aquades secukupnya ke dalam talang, kemudian didiamkan selama 1x24 jam. Setelah didiamkan 1x24 jam, kemudian menyaring air rendaman tanah
dalam wadah. Kemudian menyemprotkan air pada saringan agar nematoda pada
saringan jatuh pada cawan petri, lalu diteliti dibawah
mikroskop dengan perbesaran 10 kali.
Pengekstraksian
nematoda yang berasal dari tanah dapat dilakukan dengan cara metode baskom.
Masukkan 100 gr contoh tanah ke dalam baskom Adan tambahkan air hingga
merendamkan contoh tanah. Aduk, kemudian tuang suspensinya ke dalam baskom
plastik B. Lakukan secara lengkap dan sempurna. Endapan contoh tanah yang
terdapat pada baskom A tuangi kembali dengan air dan tuangi lagi suspense
tersebut ke dalam baskom B. Sisa partikel tanah kasar pada baskom A dibuang.
Aduk suspense pada baskom B, kemudian tuang ke dalam baskom A melalui saringan
125 mesh. Kemudian saringan diletakkan ke dalam cawan petri, dan tuangkan
suspensi dari baskom A. Suspensi dalam cawan petri dibiarkan semalam. Apabila
air dianggap berlebihan, pengurangan volume air dilakukan dengan caramenyedot
air dibagian atas dengan selang plastic yang sebelumnya telah diisi air. Dalam
keadaan teraduk, pipet suspensi nematode sebanyak 10 ml, kemudian tuang ke
dalam cawan penghitung. Pengamatan dapat dilakukan dibawah mikroskop
(Hutagalung, 2008).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari
pelaksanaan Praktikum Dasar Dasar Perlindungan Tanaman Tantang Pengenalan
Nematoda dapat disimpulkan yaitu :
1.
Nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi dan maksimum 2 mm kepalanya berlekuk
dan panjang stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina sedangkan nematoda
betina dewasa berbentuk seperti buah pir bersifat endoparasit yang tidak
berpindah (sedentary), mempunyai leher pendek dan tanpa ekor.
2.
Gejala umum Penyakit yang disebabkan nematoda tanaman yang terserang menjadi
layu, daun bercak-bercak kecoklatan dan terdapat bintil-bintil pada akar.
3.
Pengendalian nematoda dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti cara bercocok tanam, sanitasi, kimia dan pengendalian hayati.
5.2 Saran
Diharapkan kepada seluruh asisten agar menyuruh kami para praktikan membawa alat yang seadanya saja,
agar alat-alat yang lain tidak mubazir, soalnya uang para praktikan habis, alat
sebagian alat yang praktikan bawa tidak terpakai, atau hanya sebagian saja yang
terpakai.
DAFTAR PUSTAKA
Anafzhu, 2009. Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com/2011/06/penyakit-tungro.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011.
Hutagalung, L., 2008. Teknik Ekstrasi dan Membuat Preparat Nematoda Parasit Tumbuhan.
Rajawali Press, Jakarta.
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Subagia, 2008. Hama dan Penyakit Tanaman
Edisi Revisi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hidayat, H., 2009.
Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Sinaga, S.M., 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penebar Swadaya,Jakarta.
Tjahjadi, N., 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius, Palembang.
Trisnawati, Y., 2006. Pembudidayaan Secara Komersial Tomat. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Laporan pengenalan jamur
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Budidaya tanaman
merupakan suatu kegiatan pertanian yang dilakukan untuk memperoleh hasil
pertanian yang maksimal. Namun dalam melakukan pembudidayaan kita tidak pernah
luput dari yang namanya penyakit. Penyakit yaitu suatu keadaan yang mana
bagian-bagian tertentu dalam tumbuhan secara fisiologis tidak dapat melakukan
aktifitas dengan baik.
Jamur adalah
suatu kelompok jasad hidup yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi, karena
mempunyai dinding sel, tidak bergerak, berkembang biak dengan spora, tetapi
tidak mempunyai klorofil.
Jamur tidak mempunyai batang, daun, dan akar serta tidak
mempunyai sistem pembulu seperti pada tumbuhan tingkat tinggi. Jamur umumnya berbentuk seperti benang,
bersel banyak, dan semua dari jamur mempunyai potensi untuk tumbuh, karena
tidak mempunyai klorofil yang berarti tidak dapat memasak makanannya sendiri,
maka jamur memanfaatkan sisa-sisa bahan organik dari makhluk hidup yang telah
mati maupun yang masih hidup. Jamur yang
hidup pada tanaman yang masih hidup disebut parasit, karena menyebabkan penyakit
pada tanaman/pathogen (Pracaya, 2007).
Jamur yang menjadi patogen pada tanaman, mengganggu
proses-proses fisiologis pada tanaman yang menjadi inangnya. Gangguan yang terus menerus merugikan
aktifitas tanaman disebut penyakit tanaman.
Jamur merugikan tanaman dalam hal pengangkutan zat cair dan garam
mineral, mengganggu proses fotosintesis, serta mengganggu pengangkutan
hasil-hasil proses fotosintesis. Jamur
juga dapat merusak akar, batang, daun, buah, dan bunga serta hasil tanaman di
tempat penyimpanan (Pracaya, 2007).
1.2 Tujuan dan kegunaan
Tujuan dari Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Penyakit Tanaman yang disebabkan oleh Jamur adalah untuk mengetahui
dan mengidentifikasi gejala-gejala penyakit, siklus hidup, dan pengendalian
pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur.
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mengetahui dan mengidentifikasi klasifikasi, morfologi, dan pengendalian pada tumbuhan yang disebabkan oleh jamur.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Colletotrichum
capsici
2.1.1
Klasifikasi
Klasifikasi Colletotrichum capsici
yang menyerang tanaman Cabai (Capsicum
annum) yaitu Kingdom Fungi, Divisio Ascomycota, Kelas Sodariomycetes, Ordo
Phyllachorales, Famili Phyllachoraceae, Genus Colletotrichum, Spesies Colletotrichum
capsici (Irzayanti, 2009).
2.1.2 Ciri mofologi
Jamur Colletotrichum
capsici ini
mempunyai ciri morfologi yang struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya
sebagai parasit
obligat merupakan sifat
jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang
sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan (Roma, 2009).
2.1.3 Gejala serangan
Jamur Colletotrichum capsici mula-mula
membentuk bercak cokelat kehitaman, yang lalu meluas menjadi busuk lunak. Pada
tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok
seta dan konidium jamur. Serangan yang berat dapat menyebabkan seluruh buah
mongering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi
berwarna seperti jerami. Gejala seranganya awal berupa bercak coklat kehitaman
pada permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak (Irzayanti, 2008).
2.2 Phytophthora palmivora
2.2.1 Klasifikasi
Phytophthora palmivora yang menyerang tanaman kakao (Theobroma cacao) mempunyai
klasifikasi yaitu Kingdom Stramenophiles, Kelas Oomycetes, Ordo Peronosporales,
Famili Pythiaceae, Genus Phytophthora, Spesies Phytophthora palmivora (Pracaya,
2007).
2.2.2 Morfologi
Phytophthora palmivora yang menyerang Buah Kakao (Theobroma cacao) ini mempunyai ukuran
tubuh yang sangat kecil dan berwarna kelabu kehitaman pada buah kakao (Theobroma cacao) yang terserang penyakit
jamur tersebut, serta memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138
spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam family, Phytophthora palmivora merupakan
marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis
dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium
ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk
kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa
yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang. Pada perkecambahan secara tidak
langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium (Anaf, 2009).
2.2.3 Gejala serangan
Buah Kakao (Theobroma cacao) yang terserang tampak
berbercak coklat kehitaman, dari ujung atau pangkal buah. Infeksi (Phytophthora palmivora) pada buah
menunjukkan gejala bercak berwarna kelabu kehitaman. Biasanya bercak tersebut
terdapat pada ujung buah. Bercak mengandung air yang kemudian berkembang
sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut
membusuk. Kerusakan oleh Phytophthora
palmivora dapat bervariasi mulai ringan, sedang sampai buah tidak dapat
dipanen. Kerusakan berat bila cendawan ini masuk kedalam buah dan menyebabkan
pembusukan pada biji. Bila menyerang buah pentil, menyebabkan buah
termumifikasi sedangkan serangan pada buah muda menyebabkan pertumbuhan biji
terganggu yaitu menjadi lunak dan berwarna coklat kehijau-hijauan dan akibatnya
mempengaruhi penurunan kualitas biji. Serangan pada buah yang hampir masak
tidak begitu berpengaruh pada pertumbuhan biji namun terjadi biji lembek dan
akhirnya penurunan aroma biji yang kurang baik (Lina, 2007).
2.3 Fusarium oxyporum
2.3.1 Klasifikasi
Fusarium oxyporum yang menyerang tanaman termasuk Kingdom Fungi, Divisi
Amastigomycota, Sub Divisi Deuteromycota, Kelas Deuteromycetes, Ordo
Moniliales, Famili Tuberculariaceae dan Genus Fusarium, Spesies Fusarium oxysporum f. sp.
Lycopersici Snyd. Et Hans (Roma, 2009).
2.3.2 Morfologi
Fusarium oxysporum , jamur ini
mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada
organism lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah
yang rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam
tanaman yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan
meristem pada ujung akar (Pracaya,
2007).
2.3.3 Gejala serangan
Gejala serangan Fusarium
oxyporum yang mana awalnya tulang-tulang daun sebelah atas menjadi pucat,
tangkai daun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu total dapat terjadi antara
2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat dilihat pada jaringan angkut
tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat. Penyakit ini dapat
bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah dari satu lahan ke
lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang telah terserang,
maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk perkembangan
penyakit ini (Irzayanti, 2008)
2.4 Alternaria porri
2.4.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman
bawang merah (Allium ascolonicum) yang terserang jamur Alternaria porri, klasifikasinya adalah
sebagai berikut Kingdom Fungi, Divisi Eumycota, Ordo Hypales, Family Dematiaceae,
Genus Alternaria,
Spesies Alternaria porri (Hanudin,
2006).
2.4.2 Morfologi
Morfologi
jamur Alternaria porri berbentuk
konidium berwarna coklat dan seperti gada terbalik dengan ukuran 145-370 mm dan
mempunyai sekat yang membujur dan melintang (Hanudin, 2006).
2.4.3 Gejala serangan
Gejala serangan
dari cendawan Alternaria porri yakni pada daun terdapat bercak melekuk, berwarna
putih atau kelabu. Ukuran bercak
bervariasi tergantung pada tingkat serangan.
Pada serangan lanjut, bercak-bercak tampak menyerupai cincin dengan
warna agak keunguan dengan tepi agak kemerahan atau keunguan yang dikelilingi
oleh zone berwarna kuning yang dapat meluas kebagian atas atau bawah bercak,
dan ujung daun mengering. Permukaan bercak
bisa juga berwarna coklat atau hitam terutama pada keadaan cuaca yang lembab
(Pracaya, 2007).
2.5 Oncobasidium theobromae
2.5.1 Klasifikasi
Klasifikasi
tanaman cacao yang terserang mati pucuk Oncobasidium theobromae antara lain Kingdom Fungi, Phylum Basidomycota, Kelas Basidiomycetes, Subkelas Agaricomycetes, Ordo Ceratobabasidiales, Famili Ceratobasidiaceae,
Genus Oncobasidium, Spesies Oncobasidium theobromae (Cikser, 2008).
2.5.2 Morfologi
Oncobasidium theobremae Jamur ini
mempunyai ciri morfologi yang tidak sempurna, memiliki tubuh yang sangat kecil
dan hidupnya atau habitatnya menyebar secara luas keseluruh bagian tumbuhan dan
bersifat parasitoit pada mikroorganisme lain atau hidupnya bergantung pada
mikroorganisme lain (Hidayat, 2008).
2.5.3 Gejala
serangan
Gejala serangan yang
ditimbulkan cendawan Oncobasidium
theobromae yaitu bagian yang diserang adalah daun, ranting/cabang. Gejala bintik-bintik kecil hijau pada daun terinfeksi
dan terbentuk tiga bintik kekakaoan, kulit ranting/cabang kasar, pucuk mati
(dieback) (Zakifahmi, 2009).
2.6 Pengendalian Jamur Secara Umum
Pengendalian jamur atau cndawan secara umum yaitu dengan
beberapa cara, dengan cara biologis dengan memanfaatkan jamur Trichoderma
dan melakukan pengendalian secara fisik yaitu dengan cara kultur teknis, cara
fisik dan mekanis, cara biologis memanfaatkan musuh alami patogen antagonis,
seperti Trichoderma sp. Dapat
juga memanfaatkan aneka tanaman biopestisida selektif yaitu melakukan pengendalian secara fisik dan
cara biologis dengan memanfaatkan jamur Trichoderma sebagai
jamur/cendawan antagonis, dapat dilakukan dengan cara membongkar tanaman
(termasuk akarnya) yang terserang berat, kemudian membakarnya,
memotong/membuang bagian tanaman yang sakit, termasuk 1 cm-3 cm bagian kulit
sekitarnya yang sehat, kemudian diolesi fungisida. dan mengunakan agens
antagonis cendawan Trichoderma spp., Gliocladium spp. yang
dicampur dengan pupuk kandang/kompos serta hanya menanam tanaman yang sehat serta mengendalikan
patogen dengan nematisida, memelihara
tanaman dengan hati-hati untuk mengurangi terjadinya luka-luka pada akar tanaman (Semangun, 2005)
III.
METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman Modul III tentang Pengenalan Penyakit Tanaman Disebabkan Oleh Jamur
dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, Palu dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 8 Desember 2011 pukul
14.00-16.30
WITA
3.2 Alat dan
Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Modul III
tentang Pengenalan Penyakit Tanaman yang
disebabkan oleh Jamur yaitu alat tulis menulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cabai (Capsicum annum) yang terserang (Colletotrichum capsici), tanaman kakao (Theobroma cacao) yang terserang (Phytophthora palmivora), tanaman tomat
(Lycopersicum esculentum) yang terserang (Fusarium
oxyporum), dan tanaman pisang (Musa
sp.) yang terserang (Fusarium oxyporum), tanaman bawang merah (Allium ascolonicum) yang
terserang (Alternaria
porri) ,tanaman kakao (Theobroma cacao) yang terserang (Oncobasidium theobromae).
3.1 Cara Kerja
Menyiapkan terlebih dahulu spesimen yang ada, mengambil
dan mendioknosa spesimen tanaman dan menjelaskan gejala-gejala penyakit pada
spesimen tersebut satu per satu , setelah itu menggambarkan spesimen tanaman
pada buku gambar, dan menuliskan gejala yang diperoleh dari spesimen yang
diamati.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan
pada Pengenalan Penyakit Tumbuhan yang di sebabkan oleh Jamur, maka dapat
diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan :
1. Bercak
berwarna hitam
2. Lubang
pada buah
3. Mengkerut
dan kempes
|
Gambar 49. Buah Cabai (Capsicum annum)
yang diduga terserang penyakit busuk buah cabai yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum
capsici
Keterangan :
1. Kulit buah berwarna coklat kehitaman
2. Buah mengkerut
3. Lunak
|
Gambar 50. Tanaman Kakao (Theobroma
cacao) yang terserang penyakit busuk buah yang terserang jamur Phytophthora palmivora
Keterangan :
1. Daun
mengering dan mengkerut
2.
Batang terlihat kekuningan dan
bagian dalam terdapat benang-benang halus berwarna merah
|
Gambar 51. Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum) yang diduga terserang
penyatakit layu yang disebabkan oleh
jamur Fusarium oxysporum
Keterangan :
1. Terdapat bercak hitam didalam batang
2. Pinggir-pinggir batang terdapat serat berwarna
merah
|
Gambar 52. Tanaman Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit
layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum
Keterangan :
1. Daun
bawang layu
2.
Terdapat bercak-bercak ungu pada
daun
|
Gambar 53. Tanaman bawang merah (Allium
ascolonicum) yang diduga
terserang penyakit layu yang disebabkan
oleh jamur Alternaria porri
Keterangan :
1. Daun tampak layu dan kering
2. Bagian dalam batang terdapat serat-serat
berwarna merah
|
Gambar 54. Tanaman Kakao (Theobroma cacao) yang terserang penyakit mati pucuk
yang terserang jamur
Oncombasidium theobromae
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dilaboratorium gejala morfologi Cabai (Capsicum annum) yang terserang jamur Colletotrichum capsici tampak
terlihat bercak-bercak berwarnah hitam, pada cabai terlihat lubang. Cabai (Capsicum annum) terlihat
mengkerut dan kempes, serta tangkai cabai (Capsicum annum) mudah terlepas (Gambar 49).
Jamur Colletotrichum capsici ini mempunyai ciri morfologi yang
struktur tubuhnya sangat kecil dan hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup
pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya
sampai keseluruh bagian tumbuhan (Roma, 2009).
Dari hasil
pengamatan yang dilakukan dilaboratorium Gejala serangan jamur Colletotrichum capsici Menyebabkan buah Cabai (Capsicum annum) membusuk kemudian terdapat
lubang-lubang pada buah cabai (Capsicum annum) dan buah kering dan mengempes.
Gejala yang serangan yang disebabkan oleh jamur
Colleotothrichum
capsici pada tanaman cabai (Capsicum annum), yaitu buah yang seperti kelihatan mengering pada
biji dan kulit luar pada buah cabai. Karena hanya pada bagian buah yang
terserang yaitu mengalami bercaka dan keriting (Pracaya, 2007).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dilaboratorium Pengamatan gejala morfologi pada
Kakao (Theobroma cacao) yang
terserang jamur Phytophthora palmivora terlihat
dimana Kakao (Theobroma cacao) permukaan kulit berwarna hitam dengan sedikit
bercak-bercak berwarna kuning, buah yang terserang sangat lembek, serta ukuran
buah tidak normal (Gambar 50).
Phytophthora palmivora yang menyerang buah kakao (Theobroma
cacao) ini mempunyai ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarna kelabu
kehitaman pada buah kakao (Theobroma
cacao) yang terserang penyakit jamur tersebut, serta memiliki kisaran inang
yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam
bermacam-macam family, Phytophthora palmivora merupakan marga yang memiliki sporangium yang
jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada
air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk
kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa
yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang. Pada perkecambahan secara tidak
langsung diferensiasi zoospora terjadi di dalam sporangium (Anaf, 2009).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Phytophthora palmivora yaitu menyebabkan buah kakao
(Theobroma cacao) menjadi
busuk bagian kulit buah tampak kehiam-hitamandan buah menjadi lunak.
Gejala serangan
yang timbul akibat adanya serangan Phytophthora palmivora
yakni Jamur phytophthora palmvora menginveksi
pada tanaman kakao melalui yang terserang, batang yang sakit, buah yang sakit
dan bagian inang lainnya, selain itu tanaman juga bisa terserang karena alat
pertanian yang terkontaminasi denagn jamur dan warna warna buah berubah,
umumnya mulai dari ujung buah atau dekat tungkai yang dengan cepat meluas ke
seluruh bagian buah dan akhirnya buah menjadi berwarna hitam. Pada permukaan buah yang sakit, selain
menjadi hitam juga timbul lapisan berwarna putih bertepung yang terdiri dari
jamur-jamur sekunder yang membentuk spora.
Biji dalam buah akan rusak selang 15 hari setelah buah terinfeksi. Selain itu, infeksi juga dapat terjadi pada
daun, tunas dan batang serta akar dan buah (Tugioyono, 2000).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan
dilaboratorium gejala morfologi Tomat (Lycopersicum
esculentum) yang terserang Fusarium oxysporum lycopersici terlihat gejala serangannya
yaitu daun Tomat (Lycopersicum esculentum)
terlihat kering yang mana semua daunnya mengkerut, warna batang terlihat
berwarna hijau kekuning-kuningan. Pada batang yang diris secara horizontal
terlihat lubang-lubang (Gambar 51).
Fusarium oxysporum lycopersici , jamur ini mempunyai
ukuran tubuh yang sangat kecil dan hidupnya bersifat parasitoit pada organism
lain serta didukung oleh suhu tanah yang hangat dan kelembaban tanah yang
rendah sekali Populasi akan meningkat jika di tempat yang sama ditanam tanaman
yang merupakan inangnya serta jamur ini menginfeksi tanaman melalui jaringan
meristem pada ujung akar (Pracaya,
2007).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium
gejala serangan Jamur Fusarium oxysporum Lycopersici yaitu menyebabkan daun tomat layu dan kering dan
pada batang terlihat kekuning-kuninagan,ketika batang diiris bagian dalam
terdapat benang-benang halus berwarna merah.
Gejala serangan Fusarium
oxyporum Lycopersici pada tomat (Lycopersicum esculentum) yang mana awalnya tulang-tulang daun
sebelah atas menjadipucat, tangkaidaun merunduk dan tanaman menjadi layu. Layu
total dapat terjadi antara 2-3 minggu setelah terinfeksi. Tandanya dapat
dilihat pada jaringan angkut tanaman yang berubah warna menjadi kuning atau coklat.
Penyakit ini dapat bertahan di tanah untuk jangka waktu lama dan bisa berpindah
dari satu lahan ke lahan lain melalui mesin-mesin pertanian, seresah daun yang
telah terserang, maupun air irigasi. Suhu tanah yang tinggi sangat sesuai untuk
perkembangan penyakit ini (Irzayanti, 2009).
Dari hasil pengamatan
di laboratorium, gejala morfologi pada batang Pisang (Musa sp.) yang diduga terserang penyakit layu
Fusarium yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxyporum cubense tampak pada batang pisang
terlihat bahwa batang menjadi kemerah-merahan (Gambar 52).
Ciri-ciri dari morfologi dari Fusarium Oxysporum cubense
yaitu memiliki struktur
yang terdiri
dari mikronidia dan makronidia. Makronidia adalah fungi dengan tiga sampai lima
sel biasanya ditemukan pada permukaan. Klamidospora adalah spora dengan sel selain diatas, dan pada waktu dorman
dapat menginfeksi tanaman, sporanya dapat tumbuh di air.
Miselium terutama terdapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh, juga
membentuk miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu di dalam kulit dan di
jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi. Fusarium oxysporum cubense adalah fungi aseksual yang menghasilkan tiga spora
yaitu mikronidia, makronidia, dan klamidospora. Mikronidia adalah spora dengan satu atau dua sel yang dihasilkan Fusarium
pada semua kondisi dan dapat menginfeksi tanaman. Permukaan koloninya berwarna
ungu, tepinya bergerigi, permukaannya kasar berserabut dan bergelombang. Di alam,
jamur ini membentuk konidium. Konidiofor
bercabang-cabang dan makro konidium berbentuk sabit, bertangkai kecil, sering
kali berpasangan (Pracaya, 2007).
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Fusarium
oxysporum cubense batang pisang (Musa
sp.) yang terserang oleh jamur Fusarium oxyporum cubense, yaitu terdapat gejala-gejala yang tampak pada batang pisang yaitu
berwarna kehitam-hitaman dan bagian tengah batang.
Gejala serangan pada
pengamatan batang pisang (Musa sp.)yang
terserang oleh Fusarium oxysporum cubense akan terlihat
gejala serangan pada pinggiran pada batang pisang yang mengakibatkan batang
pisang akan terlihat kehitaman-hitaman dan terbentuk benang-benang pada bagian
dalam batang pisang (Musa
sp.) (Hidayat, 2008).
Pada
batang pisang dan kemudian dan
disebarkan pada batang pisang dan akan mengakibatkan batang pisang tersebut
akan terjadi pembusukan pada batang pisang dan kemudian tersebut akan terjadi
pembusukan pada buah pisang (Hidayat, 2008).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilabotaorium gejala morfologi pada tanaman Bawang merah (Allium ascolonicum) yang diduga terserang jamur Alternaria porii, tampak bercak-bercak ungu serta kuning dan
daunnya layu (Gambar 53).
Morfologi jamur Alternaria
porri berbentuk konidium berwarna coklat dan seperti gada terbalik dengan
ukuran 145-370 mm dan mempunyai sekat yang membujur dan melintang (Pracaya,2007).
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Alternaria porri yaitu menyebabkan daun bawang
layu dan tampakbercak-bercak ungu pada daun,kemudian dari akar samapi batang
daun membusuk.
Gejala serangan
yang ditimbulkan dari jamur Alternaria
porri ini yaitu terjadinya bercak kecil berwarna
putih sampai kelabu dan melekuk. Jika membesar bercak tampak bercincin dan
warna agak keunguan. Tepinya agak keunguan dan dikelilingi oleh zone berwarna
kuning, yang meluas agak jauh ke atas dan ke bawah becak. Ujung daun yang sakit
mengering. Bercak banyak terdapat pada daun tua (Lanya, 2001).
Dari hasil pengamatan gejala jamur pada Tanaman Kakao (Theobromae cacao) yang
diduga Terserang Oncobasidium theobromae,
gejala morfologi nya yaitu ranting kakao (Theobromae
cacao) tampak kering yang menunjukkan gejala daun terlihat layu (Gambar 54).
Oncobasidium theobremae mempunyai ciri
morfologi yang tidak sempurna, memiliki tubuh yang sangat kecil dan hidupnya
atau habitatnya menyebar secara luas keseluruh bagian tumbuhan dan bersifat
parasitoit pada mikroorganisme lain atau hidupnya bergantung pada
mikroorganisme lain (Hidayat, 2008).
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan dilaboratorium gejala serangan jamur Oncobasidium theobremae yaitu menyebabkan
pada bagian pucuk daun tampak kering dan layu, pada bagian
morfologi batang kakao (Theobroma cacao) menjadi kering, pada permukaan
buah kakao terdapat hifa terlihat seperti tepung dan pada kulit buah yang
terserang tampak lembek jika ditekan oleh tangan.
Gejala serangan yang
ditimbulkan dari penyakit jamur Oncobasidium theobremae adalah menyebabkan bagian ujung batang menjadi kering sehingga tanaman
tidak dapat tumbuh lagi dan biasanya dapat mengakibatkan tanaman atau tumbuhan
menjadi mati serta pada batang berwarna orange kecoklatan dan menjadi layu pada
ujung batangnya (Hidayat, 2008).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada umumnya jamur berbentuk
seperti benang bersel banyak dan seluruh bagian dari jamur memiliki potensi
untuk tumbuh dan penyebab kerusakan yang terjadi pada tanaman salah satunya disebabkan
oleh jamur sehingga tanaman tersebut
tidak dapat tumbuh dan berkembangbiak seperti biasanya atau mengalami gangguan.
2. Gejala-gejala penyakit yang
disebabkan oleh jamur adalah gejala nekrosa, gejala yang berupa perubahan
bentuk tanaman inang, dan gejala lain seperti layu, karat, serta embun tepung.
3. Pengendalian penyakit yang disebabkan oleh jamur dapat dilakukan dengan cara rotasi tanam, menberantas gulma, dan sanitasi lingkungan, dengan
menanam varietas tahan, menanam benih sehat, pengendalian serangga vector,
mengatur waktu tanam dan sanitasi tanaman.
5.2 Saran
Diharapkan kepada
seluruh praktikan agar lebih baik dalam mempersiapkan alat dan bahan serta
perlengkapan dalam pelaksanaan praktikum demi kelancaran dan keefektifan
terhadap waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anaf,
2009. Busuk Buah Kakao (Phytophthora
palmivora). http://anafzhu.blogspot.com/.Diakses
pada Tanggal 11 Desember 2011.
Cikser,
2008. Penyakit
Layu pada Tomat. http://andhy-jamur.blogspot.com/. Diakses pada Tanggal 11 Desember 2011.
Hidayat, 2008. Pencarian Gambar. (http=//Labmed.vcst/Education/fung morph/Fungal
site/Thumbnails,Jgg. Diakses Tanggal 11 Desember
2011.
Hanudin, 2008. Jamur
Penyebab Penyakit Tanaman. Universitas Hasanuddin, Makassar
Irzayanti, 2008. Hama Penyakit.
http://bleckmen.wordpress.com/category/cacao-theobroma-cacao/. Diakses
Tanggal 11 Desember 2011.
_______,
2008. Penyakit
yang disebabkan oleh jamur pada Tanaman. http://bleckmen.wordpress.com/category/cacao-theobroma-cacao/. Diakses Tanggal 11
Desember 2011.
Lina, 2007. Layu Fusarium.
http://Jhiagocle.blogspot.com/layu-fusarium. Diaksese pada Tanggal 11 Desember 2011.
Pracaya, 2007. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Roma,
2009. Efektifitas Trichoderma sp. Dari
Empat Lokasi Wilayah Banjarbaru Terhadap Fusarium Oxysporum Penyebab Penyakit
Layu Tomat. http://romacute.wordpress.com/. Diakses pada Tanggal 11 Desember 2011.
Langganan:
Postingan (Atom)