I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan manusia
akan bahan pangan dan hortikultura, maka pertanian tradisional di Indonesia mulai berkembang dan lebih
dipuerhatikan
lagi perkembangannya. Tanaman pangan
merupakan jenis–jenis tanaman yang mengandung karbohidrat,yang merupakan sumber
pangan bagi manusia,sedangkan tanaman hortikultura merupakan tanaman
sayur-sayuran dan buah-buahan yang mengandung protein dan lainnya.
Hama
merupakan suatu organisme yang mengganggu tanaman,merusak tanaman dan
menimbulkan kerugian secara ekonomi,membuat produksi suatu tanaman berkurang
dan dapat juga menimbulkan kematian pada tanaman,serangga hama mempunyai bagian
tubuh yang utama yaitu caput, abdomen ,dan thorax.
Serangga hama merupakan organisme yang dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian ekonomi. Hama dari jenis serangga dan penyakit
merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu mengganggu
perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian. Hama dan penyakit tersebut merusak bagian
suatu tanaman, sehingga tanaman akan layu dan bahkan mati (Harianto, 2009).
Serangga
(disebut pula Insecta) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda)
yang berkaki enam. Karena itulah mereka disebut pula Hexapoda. Serangga
ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan. Kajian mengenai peri
kehidupan serangga disebut entomologi. dan ahli tentang ilmu serangga disebut
entomologis (Yoxx, 2010).
Serangga dibagi menjadi 32 ordo atau kelompok.
Urutan terbesar serangga adalah kumbang (Coleoptera) dengan 125 keluarga yang
berbeda dan sekitar 500.000 spesies yang berbeda. 5.000 spesies bangsa capung
(Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies bangsa
kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan kerabatnya
(Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), dan 110.000 spesies bangsa
semut dan lebah (Hymenoptera) (Yoxx, 2010).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
praktikum Pengenalan Serangga Hama pada Tanaman Pangan dan Hortikultura adalah
untuk mengetahui jenis-jenis serangga hama yang menyerang pada tanaman pangan
dan hortikultura.
Kegunaan
praktikum untuk menambah wawasan praktikan sehingga dapat lebih memahami
tentang serangga hama yang menyerang pada tanaman pangan dan hortikultura.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ordo Orthoptera
Ordo Orthoptera yaitu ordo serangga yang
mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Ordo orthoptera mengalami tahapan perkembangan yaitu telur,
nimfa yaitu serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit, imago
(dewasa) ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan
baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya (Hansamunahito, 2006).
Ciri-ciri serangga ordo orthoptera
yaitu memiliki satu pasang sayap, sayap depan lebih
tebal dan sempit disebut tegmina.
Sayap belakang tipis berupa selaput. Sayap digunakan sebagai penggerak pada
waktu terbang, setelah meloncat dengan tungkai belakangnya yang lebih kuat dan
besar. Hewan jantan mengerik dengan menggunakan tungkai belakangnya pada
ujung sayap depan, untuk menarik betina atau mengusir saingannya. Hewan
betinanya mempunyai ovipositor pendek dan dapat digunakan untuk
meletakkan telur, tipe mulutnya menggigit (Hansamunahito, 2006).
2.2
Ordo Hemiptera
Nama "Hemiptera" berasal dari bahasa
Yunani hemi
(setengah) dan pteron (sayap) sehingga jika diartikan secara
keseluruhan, Hemiptera berarti "yang bersayap setengah". Nama itu
diberikan karena serangga dari ordo ini memiliki sayap depan yang bagian pangkalnya keras
seperti kulit, namun bagian belakangnya tipis
seperti membran. Sayap depan ini pada sebagian anggota Hemiptera bisa dilipat
di atas tubuhnya dan menutupi sayap belakangnya yang seluruhnya tipis dan
transparan, sementara pada anggota Hemiptera lain sayapnya tidak dilipat
sekalipun sedang tidak terbang. Hemiptera tidak mengalami metamorfosis sempurna. (Nonadita,2008).
Morfologi Hemiptera yaitu Mempunyai dua pasang
sayap, sepasang tebal dan sepasang lagi seperti selaput, Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene,
mata facet dan occeli.Tipe mulut menusuk dan
mengisap, Beberapa contoh
serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah Walang
sangit (Leptorixa acuta Thumb.), Kepik
hijau (Nezara viridula L) (Nonadita, 2008).
2.3 Ordo Homoptera
Ordo Orthoptera yaitu ordo serangga yang mengalami metamorfosis
tidak sempurna. Dalam daur hidupnya Ordo
orthoptera mengalami
tahapan perkembangan yaitu telur-nimfa-imago. Nimfa yaitu serangga muda yang
mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya,
dalam fase ini serangga
muda mengalami pergantian kulit, imago (dewasa) ialah fase yang ditandai telah
berkembangnya semua organ tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan
serta sayapnya (Hansamunahito, 2006).
Ciri-ciri serangga ordo homoptera yaitu
Tipe mulut mengisap,mempunyai dua pasang sayap, sayap depan dan belakang
sama, bentuk transparan yang
digunakan untuk terbang, (Hansamunahito, 2006).
2.4 Ordo
Coleoptera
Ordo
Coleoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari
daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur menjadi larva menjadi pupa dan pupa menjadi imago.
Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa
adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada
saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa
atau fase perkembangbiakan (Hansamunahito,
2006).
Ciri-ciri ordo coleopteran yaitu mempunyai dua pasang sayap,
sayap depan keras, tebal dan mengandung zat tanduk
disebut dengan elitra, sayap belakang seperti selaput. Tipe mulut pengunyah dan
termasuk herbivore. Habitatnya adalah di permukaan tanah, dengan membuat lubang, selain
itu juga membuat lubang pada kulit pohon, dan ada beberapa yang membuat sarang pada dedaunan, Beberapa contoh
anggotanya adalah Kumbang badak (Oryctes rhinoceros L),Kumbang
janur kelapa (Brontispa longissima Gestr) (Hansamunahito, 2006).
2.5 Ordo
Lepidoptera
Ordo
lepidoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Berawal dari telur puru buah berukuran 0,1-0,2 mm, warna
transparan, kuning diletakkan induknya malam hari pada kuncup bunga dan pada
kulit buah muda. Kemudian menetas menjadi larva/ulat yang berwarna hijau muda
dengan kepala coklat panjang 5 mm. Larva masuk ke dalam kulit buah dan tetap
tinggal sampai pupa stadium ulat berlangsung selama 3 minggu. Pupa berwarna
coklat berukuran 5-5,5 mm, berada dalam bunga, kulit bunga atau bagian-bagian
tanaman yang tersembunyi. Stadium dewasa berupa kupu, keluar dari pupa dengan
meninggalkan bekas lubang pada puru-puru di bagian tanaman tempat pupa tinggal.
Hama ini diketahui banyak menyerang di Sumatera dan Jawa. Kupu-kupu puru buah
berwarna abu-abukemerahan, panjang 5 mm dan meletakkan telur secara berserakan
di bagian kulit buah muda pada malam hari. Telur menetas 4 hari kemudian dan
ulat yang terbentuk menggerek kulit buah jeruk serta hidup di dalamnya.
Kepompong berwarna merah abu-abu, panjang 4,5-5 mm. Siklus hidup dari telur
hingga menjadi kupu-kupu dewasa berlangsung selama 29 hari (Harianto, 2009).
Ciri-ciri ordo lepidoptera yaitu ketika fase larva memiliki tipe mulut pengunyah, sedangkan ketika
imago memiliki tipe mulut penghisap,
mempunyai 2 pasang
sayap yang dilapisi sisik, adapun habitat dapat
dijumpai di pepohonan, Beberapa jenisnya antara lain, Penggerek batang padi kuning (Tryporiza incertulas
Wlk), Kupu gajah (Attacus atlas
L), Ulat grayak pada tembakau (Spodoptera
litura) (Harianto, 2009).
2.6 Ordo Diptera
Metamorfosenya sempurna (holometabola) yang perkembangannya
melalui stadia : telur menjadi larva kemudian menjadi kepompong setelah itu menjadi
dewasa. Larva tidak berkaki apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan
daging, namun ada pula yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator (Retno, 2009).
Ordo diptera meliputi serangga
pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Pada kepala serangga
ini dijumpai adanya antena dan mata facet.
Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya
memiliki tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap. Metamorfosisnya
sempurna (holometabola). Larva tidak berkaki, biasanya hidup di sampah atau
sebagai pemakan daging,bebrapa contoh serangga diptera yaitu lalat buah (Dacus sp) lalat predator pada Aphis (Asarcina aegrota F) lalat
rumah (Musca domestica Linn.)
(Retno, 2009).
2.7 Ordo
Hymenoptera
Ordo
Coleoptera termasuk dalam kelompok Holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari
daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur menjadi larva menjadi pupa dan pupa menjadi imago.
Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa
adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada
saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa
atau fase perkembangbiakan (Hansamunahito,
2006).
Ordo hymenoptera seperti semut merah (Solonopsis geminata), dan wereng coklat (Nilaparvata lugens) ini kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada
serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk. Sayap terdiri dari dua
pasang dan membranus. Sayap depan umumnya lebih besar dari pada sayap belakang (Lena, 2009).
Pada kepala dijumpai adanya antene
(sepasang), mata facet dan occelli. Tipe alat mulut penggigit atau penggigit-pengisap
yang dilengkapi flabellum sebagai alat pengisapan,
Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah parasit telur
penggerek tebu/padi (Trichogramma sp), tabuhan parasit ulat Artona (Apanteles
artonae Rohw) (Lena, 2009).
2.8 Ordo Odonata
Ordo orthoptera termasuk dalam kelompok
hemimetabola yaitu termasuk ordo
serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna. Dalam daur hidupnya ordo orthoptera mengalami tahapan perkembangan yaitu telur,
nimfa yaitu serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan
dewasanya. Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit, imago
(dewasa) ialah fase yang ditandai telah berkembangnya semua organ tubuh dengan
baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayapnya (Hansamunahito, 2006).
Ordo
odonata memiliki
tipe mulut pengunyah mempunyai dua pasang sayap,
terdapat sepasang mata majemuk yang besar, antenanya pendek ,umumnya ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan.,beberapa contoh serangga ordo odonata yaitu capung (Isehnura cervula) (Suhardiman, 2006).
terdapat sepasang mata majemuk yang besar, antenanya pendek ,umumnya ordo ini termasuk karnivora yang memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis. Habitatnya adalah di dekat perairan.,beberapa contoh serangga ordo odonata yaitu capung (Isehnura cervula) (Suhardiman, 2006).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Tempat dan
Waktu
Tempat
pelaksanaan Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman di Laboraturtium Hama dan Penyakit Tumbuhan, dilaksanakan pada hari
Kamis, tanggal 24 November 2011, pada pukul 14.00-17.30 WITA.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu : papan
bedah, jarum pentul, alkohol 70% serta alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah belalang (Valanga nigricornis),
kepik hijau (Nezara Viridula), walang
sangit (Leptocorixa acuta),
penggerek tongkol jagung (Helicoverpa armigera), penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis), penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata),
wereng coklat (Nilaparvata
lugens), kumbang helem (Coccinela accuta), capung (Isehnura cervula), ulat grayak pada daun kedelai (Spodoptera litura), ulat pada daun tomat (Heliotis
armigera), ulat pada daun kubis (Plutella
xilostella), larva lalat buah pada cabe keriting (Dacus sp), ulat pada
buah bawang (Spodoptera exiqua), kutu
putih pada daun mangga (Pseodococcus
sp), dan kutu putih pada daun cabe
keriting (Aphys gossypii), beserta
semua gejala serangnnya kecuali kumbang helem dan capung.
3.3
Cara
Kerja
Pertama-tama menyiapkan bahan hama dan gejala
serangannya, lalu mengambil dan mengamati morfologi spesimen tersebut
satu-persatu, kemudian merendam
serangga yang belum mati kedalam alkohol agar lebih muda dalam pengamatan, kemudian menggambarkan spesimen beserta gejala serangnnya pada buku gambar dan memberikan keterangan
pada setiap gambar tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan
pengamatn pada praktikum, diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan :
1. Caput
2. Thoraks
3. Abdomen
4. Tungkai
|
Gambar 1. Morfologi Belalang ( Valanga nigricornis )
Keterangan :
1. Pinggiran daun berlubang
|
Gambar 2. Gejala
Serangan belalang ( Valanga nigricornis )
pada tanaman jagung (Zea mayz)
Keterangan :
1. Caput
2. Thoraks
3. Abdomen
4. Tungkai
|
Gambar 3. Morfologi Kepik Hijau ( Nezara
viridula )
Keterangan :
1. Biji jagung mengempis
|
Gambar 4. Gejala serangan Kepik
Hijau ( Nezara viridula ) pada tanaman jagung
(Zea mayz)
Keterangan :
1. Caput
2. Thoraks
3. Abdomen
4. Tungkai
|
Gambar 5. Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa
acuta).
Keterangan :
1. Bulir padi menjadi hampa
|
Gambar 6. Gejala serangan walang sangit (Leptocorixa acuta) pada tanaman padi
(Oryza
satifa)
Keterangan :
1. Abdomen
2. Caput
3. kaki semu
4. kaki
|
Gambar 7. Morfologi Penggerek
Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera)
Keterangan :
1. Ujung tongkol jagung berlubang/membusuk
|
Gambar 8. Gejala Serangan Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa
armigera) pada
pada tanaman jagung (Zea mayz)
Keterangan :
1. Abdomen
2. Caput
3. kaki semu
4. kaki
|
Gambar 9. Morfologi Penggerek
Batang Jagung (Ostrinia furnacalis)
Keterangan :
1. Daun jagung berlubang
|
Gambar 10. Gejala serangan Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furcanalis) pada tanaman jagung (Zea mayz)
Keterangan :
1. Abdomen
2. Caput
3. Kaki semu
4. Kaki
|
Gambar 11. Morfologi Penggerek Penggerek
Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata)
Keterangan :
1. Daun padi membusuk atau menguning
|
Gambar 12. Gejala Serangan Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata) pada
tanaman padi (Oryza satifa)
Keterangan :
1. Caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Tungkai
|
Gambar 13. Morfologi Kumbang Helem (Coccinela accuta)
Keterangan :
1. Caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Tungkai
|
Gambar 14. Morfologi Capung (Isehnura
cervula)
Keterangan :
1. Caput
2. Tungkai
3. Thorax
4. Abdomen
|
Gambar 15. Morfologi Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens)
Keterangan :
1. Batang / daun padi membusuk
|
Keterangan :
1.
Caput
2.
Abdomen
3.
Kaki semu
4.
Kaki
|
Gambar 16. Gejala Serangan Wereng Coklat (Nilaparvata Lugens) pada batang padi (Zea mayz)
Gambar 17. Morfologi Ulat Grayak
Pada Daun Kedelai (Spodoptera litura)
Keterangan :
1. Daun berlubang-lubang
|
Gambar 18. Gejala Serangan Ulat Grayak (Spodoptera
litura) Pada Daun Kedelai (Glycine max)
Keterangan :
1. Caput
2. Abdomen
4. Kaki semu
5. Kakin
|
Gambar 19. Morfologi Ulat Pada Daun
Bawang Merah (Spodoptera exiqua)
Keterangan :
1. Daun mati/ transparan
|
Gambar 20. Gejala Serangan Ulat (Spodoptera exiqua) Pada Daun Bawang
Merah (Allium ascalunioum)
Keterangan :
1. Caput
2. Abdomen (perut)
3. Kaki semu
4. Kaki
|
Gambar 21. Morfologi Ulat Pada
Daun Kubis (Plutella xylostella)
Keterangan :
1. Daun kubis berlubang-lubang
|
Gambar 22. Gejala Serangan Ulat (Plutella xylostella) Pada Daun Kubis (Brassica
oleracea)
Keterangan :
1. Abdomen
2. Caput
|
Gambar 23. Morfologi Ulat Pada
Tomat (Heliotis armigera)
Keterangan :
1. Tomat membusuk
|
Gambar 24. Gejala Serangan Ulat (Heliotis armigera) Pada Buah Tomat (Lycopersicon esculentur)
Keterangan :
1. Abdomen (perut)
|
Gambar 25. Morfologi Larva Lalat
Buah Pada Cabe keriting (Dacus sp)
Keterangan :
1. Cabe membusuk
|
Gambar 26. Gejala Serangan Larva Lalat
Buah (Dacus sp) Pada Cabe keriting
Keterangan :
1. Caput
2. Abdomen
3. thorax
4. tungkai
|
Gambar 27. Morfologi Kutu Putih
Pada Daun Mangga (Pseodococcus sp)
Keterangan :
1. Terdapat bercak-bercak putih pada daun mangga,
sehinnga daun berkeriput.
|
Gambar 28. Gejala Serangan Kutu Putih (Pseodococcus sp) Pada Daun Mangga (Mangifera
indica)
Keterangan :
1. Caput
2. Abdomen
3. thorax
4. Tungkai
|
Gambar 29. Morfologi Kutu Putih
Pada Cabe Keriting (Aphys gossypii)
Keterangan :
1. Daun cabe mengering dan mengkerut.
|
Gambar 30. Gejala Serangan Kutu Putih (Aphys
gossypii) Pada Cabe Keriting
4.2
Pembahasan
Dari
hasil pengamatan belalang (Valanga nigricornis), dapat diketahui ciri-ciri
morfologinya yaitu kepala (caput) tiga pasang tungkai,
perut (abdomen), dada (thorakx) yang terbagi atas tiga bagian
yaitu prothorax, mesothorakx, metathorax.
Alat mulut nimfa, imagonya menggigit dan
mengunyah, Gejala serangan yang ditimbulkan oleh
belalang (Valanga nigricornis), menyebabkan daun pada tanaman yang terserang
berlubang.
Belalang adalah serangga herbivora dari
subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera. Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari
tubuhnya dan juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan
beberapa spesies
belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya terhadap sayap depan atau
abdomen
(disebut stridulasi), atau karena kepakan sayapnya sewaktu terbang. Femur
belakangnya umumnya panjang dan kuat yang cocok untuk melompat. Serangga ini
umumnya bersayap,
walaupun sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. (Fortunecity, 2009).
Belalang betina umumnya berukuran lebih
besar dari belalang jantan, Belalang kayu ( Valanga nigricornis ) memiliki
klasifikasi sebagai berikut, kingdom
animalia ,fhylum arthropoda, klass insecta ,ordo orthoptera, family acridoidea, genus valanga, spesies Valanga nigricornis (Fortunecity, 2009).
Gejala serangan yang ditimbulkan
oleh belalang (Valanga nigricornis), menyebabkan tanaman yang
terserang berlubang pada bagian daun dan mengalami perubahan warna
kemerah-merahan dan kecoklatan, Pengendalian yang dilakukan yaitu memilih tanaman yang baik dan
mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat (Fortunecity, 2009).
Berdasarkan hasil pengamatan, kepik hijau (Nezara
viridula) memiliki bentuk tubuh lebar seperti perisai. Terdiri dari kepala (caput), dada (thoraks),
tungkai dan
perut (abdomen). Mengeluarkan bau
yang tidak enak dan menyerang biji jagung.
Bangsa kepik terutama kepik hijau umumnya memiliki sayap
dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada
bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut
disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada
sayap depan.Pada
bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli.tipe alat mulut pencucuk
pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk
dan pengisap berupa stylet, kepik hijau (Nezara
viridula) memiliki klasifikasi sebagai berikut, kingdom animalia, fhylum
arthropoda, kelas insecta, ordo hemiptera, family
pentatomidae, genus nezara, spesies Nezara
viridula (Plantus, 2008).
Gejala
serangan yang ditimbulkan oleh kepik hijau (Nezara
viridula), menyebabkan tanaman yang terserang terutama tanaman padi biji padi mengempis, pengendalian yaitu
dengan cara pergiliran tanaman, penanaman
serempak, dan pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup efektif secara
ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong lebih dari 2 % atau jika
ditemukan sepasang populasi penghisap polong dewasa atau kepik hijau dewasa
pada umut 45 hari setelah tanam (Plantus, 2008).
Dari hasil pengamatan walang sangit (Leptocorixa
acuta), serangga ini mempunyai ciri morfologi yaitu memiliki tungkai, caput.andomen dan thorax.Gejala serangan yang
ditimbulkan yaitu meyebabkan bulir padi membusuk atau hampa.
Walang sangit (Leptocorixa acuta) merupakan serangga yang termasuk
dalam ordo hemiptera yang mempunyai sayap depan yang
mengalami modifikasi sebagai hemeltron yaitu setengah bagian di daerah pangkal
menebal, sedangkan sisanya berstruktur seperti selaput dan sayap belakangnya
mirip selaput tipis (membrane). Tipe alat mulut, baik nimfa maupun imago,
bersifat menusuk dan mengisap.antena, mata,dan tungkai depan, walang sangit (Leptocorixa acuta)
memiliki klasifikasi sebagai berikut kingdom animalia,
fhylum arthropoda, kelas insecta ,ordo hemiptera, family alydidae ,genus leptocorixa, Spesies Leptocorixa acuta (Saleh, 2008).
Gejala serangan
yang ditimbulkan oleh Walang sangit (Leptocorixa acuta), menyebabkan tanaman yang terserang terutama
tanaman padi buli padinya hampa atau kosong, pengendaliannya yaitu dengan cara melakukan penanaman serempak pada suatu daerah yang luas
sehingga koloni walang sangit tidak terkonsentrasi di satu tempat sekaligus
menghindari kerusakan yang berat. Pada awal fase generstif dianjurkan untuk
menanggulangi walang sangit dengan perangkap dari tumbuhan rawa dan bangkai
hewan kodok, kepiting, udang dan sebagainya. Walang sangit yang tertangkap lalu
dibakar (Saleh, 2008).
Dari hasil pengamatan
penggerek tongkol jagung (Helicoverpa
armigera) serangga ini mempunyai ciri morfologi memilki caput , kaki depan
berjumlah 3 pasang dan kaki belakang atau kaki semu berjumlah 4 pasang,gejala
serangannya membuat tongkol jagung membusuk/berlubanag.
Penggerek tongkol jagung
merupakan serangga yang termasuk dalam ordo lepidoptera yang pada saat larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut
berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola) yangperkembangannya melalui stadia, telur menjadi larva kemudian menjadi kepompong
setelah itu menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun
abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.Penggerek tongkol jagung memilki klasifikasi sebagai berikut kingdom
animalia, fylum arthropoda, kelas insecta, ordo lepidoptera, family pyralidae,
genus Helicoverpa, spesies Helicoverpa
armigera (Pracaya, 2007).
Gejala serangan hama
tersebut menyebabkan tongkol jagung berlubang dan membusuk, Pengendalian Pembakaran tanamaman. Pengolahan tanah yang intensif. Pengendalian fisik
atau mekanis, mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang
kemudian memusnahkannya (Pracaya, 2007).
Dari hasil pengamatan
penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis) serangga ini mempunyai ciri morfologi yang hampir sama dengan
penggerek tongkol jagung memilki caput , kaki depan berjumlah 3 pasang dan kaki
belakang atau kaki semu berjumlah 4 pasang bercorak kehitam hitaman,gejala
serangannya membuat daun jagung berlubang-lubang.
Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis)
merupakan serangga yang termasuk dalam ordo lepidoptera yang pada saat larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut
berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna. Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola) yangperkembangannya melalui stadia : telur menjadi larvakemudian menjadi kepompong
setelah itu menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun
abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta.Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis)
memilki klasifikasi sebagai berikut, kingdom animalia, fylum arthropoda, kelas
insecta, ordo lepidoptera, family pyralidae, genus Ostrinia, spesies Ostrinia furnacalis ( Pracaya, 2007).
Gejala serangan hama tersebut menyebabkan lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak, pengendalian Pembakaran tanama-
Pengolahan tanah yang intense . Pengendalian fisik atau mekanis, mengumpulkan
larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya
(Ikbal, 2007).
Dari hasil pengamatan
penggerek batang padi putih (scirpophaga
innotata) serangga ini mempunyai ciri morfologi yang hampir sama dengan
penggerek tongkol jagung memilki caput , kaki depan berjumlah 3 pasang dan kaki
belakang atau kaki semu berjumlah 4 pasang bercorak kehitam hitaman, pada saat
imago hama ini berubah menjadi kupu-kupu putih,gejala serangannya membuat
batang padi membusuk.
Penggerek batang batang
padi putih (scirpophaga innotata)
merupakan serangga yang termasuk dalam ordo lepidoptera yang pada saat larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut
berupa tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna.Metamorfose bertipe
sempurna (Holometabola) yangperkembangannya melalui stadia, telur menjadi larvakemudian menjadi kepompong
setelah itu menjadi dewasa. Larva bertipe polipoda, memiliki baik kaki thoracal maupun
abdominal, sedang pupanya bertipe obtekta. Penggerek batang padi putih (scirpophaga
innotata) memilki klasifikasi sebagai berikut , kingdom animalia, fylum
arthropoda, kelas insecta, ordo lepidoptera, family crambidae, genus Scirpophaga
spesies Scirpophaga innotata (Pracaya,
2007).
Gejala serangan hama
tersebut menyebabkan batang padi menguning
atau membusuk. Cara pengendalian yang telah pernah dilakukan adalah pengaturan
waktu tanam, penggunaan varietas tahan, pengendalian secara mekanik dengan
memotong batang sangat rendah, pengendalian secara biologi, kimiawi, dan semi
kimiawi (Pracaya, 2007).
Dari hasil
pengamatan morfologi wereng coklat (Nilaparvata
lugens) memiliki bentuk tubuh panjang dengan warna kuning kecokelatan. Terdiri dari kepala (caput), dada (thoraks)
kaki, sepasang sayap dan perut (abdomen). Gejala serangannya yaitu membuat batang padi membusuk dan menguning.
Wereng coklat (scirpophaga innotata) merupakan
serangga dalam kelompok ordo homoptera yang mempunyai bentuk hampir sama dengan
ordo hemiptera Sayap depan anggota ordo homoptera memiliki tekstur yang
homogen, bisa keras semua atau membranus semua, sedang sayap belakang bersifat
membranus.Alat mulut juga bertipe pencucuk pengisap dan rostumnya muncul dari
bagian posterior kepala. Alat-alat tambahan baik pada kepala maupun thorax
umumnya sama dengan anggota Hemiptera, Wereng coklat (Nilaparvata lugens) memilki
klasifikasi sebagai berikut, kingdom animalia, fylum arthropoda, kelas insecta,
ordo lepidoptera, family delphacidae, genus nilaparvta, spesies Nilaparvata lugens (Siregar, 2003).
Wereng cokelat (scirpophaga innotata) menghisap bagian
pangkal batang tanaman padi, sehingga padi akan layu dan mati, Pengendalian
wereng coklat telah dilakukan sejak 1970 dengan berbagai cara. Usaha-usaha
pengendalian ini meliputi penggunaan varietas tahan, perubahan cara bercocok
tanam, dan penggunaan pestisida (Siregar,
2006).
Berdasarkan hasil pengamatan
kumbang helem (Coccinela accuta)
serangga ini mempunyai ciri morfologi yaitu memiliki sepasang antena, tungkai
depan, tungkai tengah dan tungkai belakang,thorax dan abdomen, tipe mulut
pengunyah. Serangga ini termasuk dalam golongan predator karena memangsa/
memakan serangga lain, sehingga tidak terdapat gejala serangan pada tumbuhan.
Kumbang helem (Coccinela accuta) memiliki anggota-anggotan antara lain ada yang
bertindak sebagai hama tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator
(pemangsa) bagi serangga lain.Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan
mengeras dan menebal serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra.Apabila
istirahat, elytra seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di
tengah-tengah bagian dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat
melipat di bawah sayap depan.Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya
mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku
Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan
kepala.Kumbang helem (Coccinela accuta) memilki klasifikasi
sebagai berikut, kingdom animalia, fylum arthropoda, kelas insecta, ordo coleoptera,
family cocynelidae, genus coccinela spesies Coccinela accuta (Pracaya, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan
capung (Isehnura cervula) serangga
ini mempunyai ciri morfologi yaitu memiliki caput, sepasang antena, tungkai
depan, tungkai tengah dan tungkai belakang,thorax dan abdomen, tipe mulut
pengunyah. Serangga ini termasuk dalam golongan predator karena memangsa/memakan
serangga lain atau serangga kecil, sehingga tidak terdapat gejala serangan pada
tumbuhan.
Capung (Isehnura cervula) merupakan
serannga dalam kelompok ordo odonata yang memiliki
anggota yang cukup besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat
membranus. Pada capung besar dijumpai vena-vena yang jelas dan pada kepala
dijumpai adanya mata facet yang besar.Metamorfose tidak sempurna
(Hemimetabola), pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang
dan hidup di dalam air.Anggota-anggotanya dikenal sebagai predator pada
beberapa jenis serangga keecil yang termasuk hama.Capung (Libelulla forensic)
memilki klasifikasi sebagai berikut : Kingdom animalia, fylum arthropoda, kelas
insecta, ordo odonata, family epipprocta,
genus Isehnula spesies Isehnula cervul (Pracaya, 2007).
Berdasarkan hasil pengamatan pada ulat tentara (Spodoptera
litura) serangga ini memiliki
ciri-ciri caput, mata, abdomen, kaki semu, warna hijau kecoklatan,kaki
toraksial.Gejala
serangannya membuat dau kedelai berlubang-lubang.
Larva ulat grayak (Spodoptera
litura) mempunyai warna yang bervariasi, memiliki
kalung (bulan sabit) berwarna hitam
pada segmen abdomen keempat
dan kesepuluh .Pada
sisi lateral dorsal terdapat garis kuning. Ulat yang baru menetas
berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan, dan hidup berkelompok. Pada siang hari, larva bersembunyi di
dalam tanah atau tempat yang lembap dan menyerang
tanaman pada malam hari atau
pada intensitas cahaya matahari yang
rendah. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol
dalam jumlah besar.Ulat muda menyerang daun hingga
tertinggal epidermis atas dan tulang-tulang daun saja. Ulat tua merusak
pertulangan daun hingga tampak lobang-lobang bekas gigitan ulat pada daun.Warna dan perilaku ulat
instar terakhir mirip ulat tanah
Agrothis ipsilon, namun
terdapat perbedaan yang cukup mencolok, yaitu pada ulat grayak terdapat
tanda bulan sabit berwarna hijau
gelap dengan garis punggung
gelap memanjang. Ulat
tentara/grayak memiliki klasifikasi sebagai berikut, Kingdom Animalia, fylum
arthropoda, kelas insecta , ordo lepidoptera, family noctuidae, Genus Spodoptera, Spesies Spodoptera litura (Siregar, 2003).
Gejala serangan yang nampak yakni terdapat bercak-bercak pada daun, dan
dapat membuat daun menjadi berlibang .Pengendalian dengan cara
Mekanis: telur yang ada diambil bersama dengan daun tempat menempelnyaBiologis bacillus thuringiensis, kimia: insektisida sanitasi (Pracaya, 2007).
Dari hasil pengamatan ulat daun bawang (Spodoptera exigua),serangga ini memiliki berwarna hijau dan terdapat garis-garis hitam di bagian tubuh,
terdapat kaki semu serta kaki toraksial. Warna ulat ini mula-mula berwarna
hijau dan menjadi coklat tua apabila sudah dewasa dengan garis-garis putih di
bagian badan.Gejala serangan ulat
ini menyebabkan daun bawang menjdi trnsparan dan membusuk.
Larva ulat bawang merah (Spodoptera
exigua), atau ulat muda berwarna hijau dengan garis-garis hitam pada
punggungnya. Ulat tua mempunyai beberapa variasi warna, yaitu hijau,
coklat muda dan hitam kecoklatan. Ulat yang hidup di dataran tinggi
umumnya berwarna coklat.Stadium ulat terdiri dari 5 instar. Instar
pertama panjangnya sekitar 1,2 – 1,5 mm, instar kedua sampai instar terakhir
antara 1,5 – 19 mm. Ulat daun bawang merah (Spodoptera exiqua) memiliki klasifikasi sebagai berikut kingdom animalia,
fylum arthropoda, kelas insecta , ordo lepidoptera, family noctuidae, genus spodoptera,
spesies Spodoptera exiqua (Siregar,
2006).
Gejala serangannya
pada bagian tanaman yang terserang terutama daunnya, baik daun pada tanaman
yang masih muda ataupun yang sudah tua.Setelah menetas dari telur, ulat muda
segera melubangi bagian ujung daun lalu masuk ke dalam daun bawang, akibatnya
ujung daun nampak berlubang/ terpotong. Ulat akan menggerek permukaan
bagian dalam daun, sedang epidermis luar ditinggalkannya. Akibat serangan
tersebut daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak
putih, akhirnya daun menjadi terkulaiPengendaliannya yaitu dengan tanaman yang
terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh (Kartasapoetra,
2008).
Dari hasil pengamatan
ulat daun kubis (Plutella xilostella),
serangga ini terdiri dari caput, abdomen, ulat ini berwarna hijau atau coklat,
bentuknya kecil dan pendek.Gejala serangannya membuat daun kubis menjadi
berlubang-lubang.
Larva ulat daun kubis (Plutella xylostella) memiliki tipe alat
mulut penggigit, umumnya mudah dibedakan dengan larva serangga hama lainnya
karena larva ini tidak mempunyai garis membujur pada tubuhnya. Larva terdiri
atas empat instar. Ukuran larva instar keempat 10-12 mm. Kepala berwarna kuning
muda terdapat bintik-bintik gelap. Tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu
hitam tipis. Apabila disentuh larva bereaksi ganas, menjatuhkan diri dan
membentuk benang sutera. Pupa terletak pada daun atau batang, seperti jalinan
benang berwarna putih sehingga nampak seperti kumparan benang. Ketika larva
(ulat) muda menetas dari telur, maka larva akan mulai untuk menyerang tanaman
dengan cara mengorok daun kubis selama 2-3 hari. Selanjutnya memakan jaringan
bagian permukaan bawah daun atau permukaan atas daun dan meninggalkan lapisan
tipis/transparan sehingga daun seperti berjendela dan akhirnya sobek serta
membentuk lubang-lubang kecil. Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka
seluruh daun akandimakan dan hanya tulang daun yang ditinggalkan Ulat daun
kubis (Plutella xilostella) mempunyai
klasifikasi sebagai berikut, kingdom
animalia, fhylum arthropoda, kelas Insekt ,ordo lepidoptera, family plutellidae, genus plutella, spesies Plutella
xylostella (Sari,
2009).
Gejala serangan dari ulat daun kubis (Plutella
xilostella) yaitu pada tanaman kubis
adalah lubang pada tengah daun. Pengendaliannya yaitu dengan menggunakan
pestisida nabati. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan identifikasi
senyawa aktif insektisida dari daun secang dan menentukan formulasi sediaan insektisida
nabati yang efektif dalam pengendalian ulat kubis (Sulistyo, 2009).
Dari hasil
pengamatan larva lalat buah (Dacus sp) serangga ini memiliki abdomen
saja,tubuhnya berwarna putih,dan meloncat-loncat.Gejala serangan larva lalat
buah membuat cabe keriting membusuk.
Larva lalat buah (Dacus sp), terdiri atas 3 instar berbentuk belatung/bulat panjang dengan salah
satu ujungnya (kepala) runcing dengan 2 bintik hitam yang jelas merupakan alat
kait mulut, mempunyai 3 ruas torak, 8 ruas abdomen, berwarna putih susu atau
putih keruh atau putih kekuningan, larva menetas di dalam buah cabai. Buah yang
terserang ditandai oleh lubang titik hitam pada bagian pangkalnya, tempat
serangga dewasa memasukkan telur (
Pracaya,2007).
Bila buah cabai terbuka, di dalamnya akan terlihat adanya belatung yang merupakan
larva dari lalat buah. Larva ini berwarna putih kekuningan dan dapat melenting
dari buah masuk ke dalam tanah melalui lubang kecil yang dibuatnya, didalam
tanah larva kemudian menjadi pupa. Setelah pupa berumur 4-10 hari, maka
pupaberubah menjadi serangga/lalat buah dewasa. Larva lalat buah (Dacus sp)memiliki klasifikasi sebagai berikut Kingdom
animalia, fhylum arthropoda, kelas Insekt ,ordo lepidoptera, family Tephritidae, genus dacus,
spesies Dacus sp ( Pracaya,2007).
Gejala serangan dari larva lalat buah (Dacus sp) yaitu busuk
pada bagian cabe kriting,berwarna hitam dan lubang dan kemudian membusuk
setelah itu rontok dengan sendirinya. Pengedaliannya yaitu dengan pembungkusan
buah, pengasapan, sanitasi kebun, dengan perangkap/atraktan, dan penggunaan
pestisida kimia (Lena, 2009).
Dari hasil
pengamatan ulat pada buah tomat (Helicoverpa
armigera) dapat dilihat morfologi ulatnya kecil dan berwarna coklat
terdapat caput yang terdiri dari mata dan mulut,thorax dan abdomen. Gejala
serangan Ulat pada buah tomat sering mendatangkan kerusakan cukup berat pada
buah tomat.
Larva (ulat) Helicoverpa
armigera merupakan jenis ulat dengan tipe mulut penggigit, larva ini
disebut juga Heliothis armigera. Larva (ulat) kecil mempunyai warna yang
menarik dan berubah sesuai dengan pertumbuhannya. Pertama-tama berwarna putih
kekuningan dengan kepala berwarna hitam, kemudian hijau pucat, kemerah-merahan,
kekuning-kuningan dan hitam kemerah-merahan. Panjang ulat dapat mencapai 3,45
cm. Kepompong dibentuk di dalam tanah, lama masa kepompong 12-14 hari. Pada
buah tomat, ulat ini masuk kedalam buah dengan cara melubangi buah, setelah itu
memakan bagian dalam buah. Kerusakan yang ditimbulkannya pada buah tomat cukup
berat, yaitu buah yang terserang akan rusak, lama-lama rontok dan menjadi busuk
basah setelah penyakit sekunder ikut masuk dalam buah. Selain pada tomat, ulat
Helicoverpa armigera dapat juga
menyerang cantel, tembakau, kapas, jagung dan kentang. ulat pada buah tomat (Helicoverpa armigera) memiliki klasifikasi sebagai berikut Kingdom animalia, fhylum arthropoda, kelas Insekt ,ordo lepidoptera, family Tephritidae, genus helicoverpa, spesies Helicoverpa armigera (Pracaya,2007).
menyerang cantel, tembakau, kapas, jagung dan kentang. ulat pada buah tomat (Helicoverpa armigera) memiliki klasifikasi sebagai berikut Kingdom animalia, fhylum arthropoda, kelas Insekt ,ordo lepidoptera, family Tephritidae, genus helicoverpa, spesies Helicoverpa armigera (Pracaya,2007).
Serangan ulat
buah tomat (Helicoverpa armigera) yaitu membuat tomat menjadi busuk dan
berwarna coklat. Pengendaliannya yaitu dengan penyemprotan dengan insektisida
seperti Azodrin 15 WSC, Nogos 50 EC, Diazinon, Cymbush, Bayrusil. Perlakuan
insektisida dapat dilakukan pada saat ulat belum masuk ke dalam buah tomat
(Endro, 2008).
Dari hasil pengamatan kutu putih pada daun
mangga (Pseudoccus sp.) terdiri dari kepala (caput), ,abdomen,thorax dan tungkai, hewan
ini termasuk dalam ordo homoptera yang umumnya memiliki 2 pasang sayap dan pada
bagian kepala dijumpai adanya antenna dan mata. Ciri morfologi kutu putih pada daun mangga (Pseudoccus sp.) seluruh tubuh tertutup oleh
lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya.gejala serangannya
dapat menimbulkan kerusakan secara langsung dengan mengisap cairan sel daun
tanaman inang sehingga menyebabkan perubahan bentuk yang tidak normal, daun
mengeriting, pucuk apikal tumbuh bengkok dan jarak antar ruas daun memendek.
Kutu putih (Pseudococcus sp). memiliki tubuh
berbentuk oval, warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning tua,
lunak dengan segmen yang jelas, panjang 3–4 mm dan lebar 1,5–2 mm, seluruh
tubuhnya dilindungi oleh lapisan tebal seperti lilin atau tawas dan dikelilingi
dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih. Kutu putih pada daun mangga (Pseudoccus sp) memiliki klasifikasi sebagai berikut,kKingdom animalia, fhylum arthropoda, kelas hexapoda ,ordo homoptera, family Pseudococcidae, genus pseudoccus, spesies Pseudoccus sp (
Pracaya,2007).
Kutu putih pada
daun mangga (Pseudococcus sp)
merupakan jenis hama yang gejala serangannya yaitu terdapat putih-putih pada
daun mangga ,pertumbuhan tidak normal dan daun meggeriting. Pengendaliannya
yaitu dengan mengambil daun yang terserang hama kutu putih lalu daun-daun
tersebut dibakar, bias juga dengan cara menyeprotkan dengan pestisida (Pracaya,
2007).
Dari hasil pengamatan kutu putih
pada daun cabai keriting
(Aphys gossypii) yaitu dapat
dilihat kutu tersebut memiliki caput, abdomen,thorax tungkai, seluruh tubuh
tertutup oleh lilin termasuk tonjolan pendek yang terdapat pada tubuhnya. Gejala
serangananya membuat daun cabai menguning dan menggeriting.
Kutu putih pada
daun cabai (Aphys
gossypii) mempunyai bentuk yang sama
dengan kutu pada daun mangga,memiliki
tubuh berbentuk oval, warna badannya kuning kecoklatan, kuning muda atau kuning
tua, lunak dengan segmen yang jelas, panjang 3–4 mm dan lebar 1,5–2 mm, seluruh
tubuhnya dilindungi oleh lapisan tebal seperti lilin atau tawas dan dikelilingi
dengan karangan benang-benang tawas berwarna putih. Kutu putih pada daun cabai keriting (Capsicum
annum) memiliki
klasifikasi sebagai berikut ,kingdom animalia, fhylum arthropoda, kelas hexapoda ,ordo homoptera, family planococcus, genus aphys,
spesies Aphys
gossypii (
Pracaya,2007).
Kutu putih daun
cabai (Aphys gossypii) merupakan
jenis hama yang gejala serangannya yaitu terdapat putih-putih pada daun mangga
,pertumbuhan tidak normal dan daun meggeriting. Pengendaliannya yaitu dengan
mengambil daun yang terserang hama kutu putih lalu daun-daun tersebut dibakar,
bias juga dengan cara menyeprotkan dengan pestisida (Pracaya, 2007).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
maka dapat disimpulkan bahwa :
1.
Serangga hama merupakan organisme
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kerusakan dan kerugian
ekonomi. Hama dari jenis serangga dan
penyakit merupakan kendala yang dihadapi oleh setiap para petani yang selalu
mengganggu perkembangan tanaman budidaya dan hasil produksi pertanian.
2.
Kelompok serangga yang kami amati terbagi
dalam 8 ordo,
yaitu ordo, Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Coleoptera, ,Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera dan Odonata.Secara umum bagian
tubuh serangga terbagi atas tiga bagian utama yaitu caput, thorax, dan abdomen. Pada bagian thorax terbagi lagi menjadi prothorax,
mesothorax, dan metathorax.
3.
Cara pengendalian hama secara
umum yaitu dengan cara Pengendalian Hama secara Terpadu, cara ini adalah tidak
bermaksud membasmi seluruh hama, akan tetapi hanya mengurangi jumlah hama dalam
taraf toleransi.
5.2 Saran
Dalam melakukan praktikum dibutuhkan
keseriusan untuk memahami apa yang telah kita teliti, dari itu praktikum harus
serius dalam melaksanakan praktikum agar hasil yang kita peroleh mendapatkan
hasil dan tujuan yang dimaksud.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, 2008. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius, Jogjakarta.
Hansamunahito, 2006, Hama Tanaman Pangan dan
Perkebunan.
Bumi Aksara, Jakarta.
Harianto,
2009. Pengenalan
dan Pengendalian Hama-Penyakit Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao. Jember.
Lena,
2009. Pengantar Perlindungan Tanaman. http://l3na.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 12 Desember 2009.
Nonadita, 2007. Ordo-Ordo Serangga. PT Bima Aksara, Jakarta.
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Retno, 2009. Kutu Putih.
http://angga1503.wordpress.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009
Siregar, 2006. Integrated Agricultural
Farming System. http://salehp3t.blogspot.com. Diakses pada tanggal 12 Desember 2009.
gambarnya mana yahh kak? hheheheh
BalasHapus